Apapun tindakan lahirmu wahai orang-orang yang dilantik jadi pemimpin negeri ini, itu baru satu faktor di mana rakyat sah-sah saja menyetujui atau tidak menyetujuinya. Tapi isi hatimu (yang rakyat tidak pernah tahu), akan menjadi jaminan apakah kepemimpinanmu nanti menyelamatkan dirimu sendiri dan rakyat negeri ini atau akan mengundang kemurkaan Allah. Rakyat hanya bisa bergunjing soal luaran-luaran yang terlihat karena mereka pun bingung dengan diri mereka sendiri tersebab pembodohan berkurun waktu yang tak berbilang ini. Semoga Allah senantiasa membimbing kita semua dan mengentaskan kita dari tipuan-tipuan mata yang terlalu pekat ini.
Sungkem kagem kanjeng Sunan Kalijaga yang berhasil membuat konstruksi akidah Islam di masyarakat Jawa dengan pendekatan cerita wayang dan perubahan mindset kebudayaan yang mendasar. Allah mengaruniakan waliyullah untuk tanah ini, yang dengan kecerdasannya beliau membuat abstraksi tingkat tinggi untuk menegaskan Tauhid, mengubah keyakinan politeisme menjadi monoteisme secara fundamental. Inilah implementasi dakwah yang sangat menyejarah dan mengubah cara pandang masyarakat Jawa hingga seperti yang diungkapkan oleh Pangeran Diponegoro bahwa rerumputan di tanah Jawa pun turut mengikuti ajaran Kanjeng Nabi Muhammad.
Kepemimpinan itu dimulai dari laku spiritual, diikuti dengan laku sosial dan intelektual. Rasulullah Muhammad adalah teladan untuk ini, sejak kecil spiritualitas beliau terjaga, hingga seiring luasnya pergaulan dan perkembangan intelektualitasnya, beliau tumbuh menjadi sosok yang begitu perhatian terhadap masyarakatnya dan memiliki tekad untuk melakukan perubahan. Sejauh apa kualitas pelaksanaan laku spiritual kita saat ini? Saat di mana pencitraan kerap berlaku hingga setiap orang sibuk bersaing mengklaim dirinyalah yang paling alim dan paling jos spiritualnya. Lalu dia enteng mengklaim orang lain rendah spiritualitasnya dari hasil penyelidikan lahirnya. Sudahlah, kembali bekerja saja.
Surakarta, 2 November 2015
