Jika sesuatu urusan tidak diserahkan pada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. Demikian nasihat Kanjeng Nabi.
Karena rakyat itu bukan ahlinya, dipaksa milih langsung pemimpinnya, akhirnya dapat pemimpin ya seperti cerminan rakyatnya.
Demikian pula, karena kebanyakan pengguna Facebook (termasuk saya) bukan ahlinya, maka beginilah jadinya kita di Facebook, sering bikin “nganu”.
Dan puncaknya, karena di kehidupan ini kita tak serius untuk menjadi ahli kehidupan, maka demikian rusaknya peradaban manusia di abad yang katanya modern ini.
Kita sering mikir untuk mengejek penguasa secara frontal, padahal ejekan itu ya kembali ke diri kita juga yang tidak ahli. Kita mendaku rakyat, tapi sebenarnya bukan rakyat (wong tidak kompeten sebagai rakyat yang memiliki kemampuan mengendalikan dan mengawal pemimpin), kita mendaku sebagai masyarakat, tapi prinsip hidupnya cuma model konsensus (tidak ada musyawarah dan persyarikatan yang benar). Bahkan mungkin kita mulai tidak memenuhi syarat menjadi manusia (karena kita berpikir seperti mesin dan berbuat seperti bebek yang cuma rame-rame ngikuti trend).
Dan kita akan terus menikmati kelucuan demi kelucuan hidup yang cukup untuk menjadi hiburan atas ketololan kita bersama. Demikianlah takdir manusia modern yang suka “nganu”. Dan mungkin kita tidak sepaham tentang “nganu” ini. Jadi me”nganu”lah sendiri-sendiri sesuai pemahaman masing-masing.
Surakarta, 5 Juli 2015