Tidak ada ceritanya dalam sejarah Islam, ulama bawa-bawa massa pendukung. Ulama-ulama besar itu adalah sosok teguh yang berdiri di atas kakinya sendiri. Mereka membela umat dan menegur penguasa sendirian, sebagai tanggung jawab ilmu yang Allah berikan padanya.
Walaupun para sahabat memerintahkan anak-anaknya menjadi penjaga Utsman bin Affan, beliau meminta mereka pulang saja dan beliau menghadapi para demonstran sendirian sampai akhirnya dibunuh dengan keji. Walaupun Imam Ahmad bin Hanbal dibujuk akan dibela oleh sebagian umatnya yang sudah muak dengan penguasa, beliau tetap teguh dengan kesendiriannya untuk berjuang dan tidak mengorbankan darah umat.
Di abad 14 H, Kiai Hasyim Asy’ari menghadapi Jepang dengan gagah berani saat dipenjara karena enggan hormat kepada sang Tenoheika. Kiai Thobroni Abdul Aziz menghadapi para tentara orde baru dan penjara secara sendirian dengan berani, meski hendak dibebaskan ribuan masyarakat yang marah dan siap berperang dengan tentara. Ulama sejati itu berani dengan kediriannya, tidak mengorbankan umatnya untuk jadi martir pendapatnya, dan sangat penyayang kepada umat hingga dia rela mengorbankan hidupnya demi mereka.
Ini era fitnah, era provokasi, era kita diadu domba untuk bertengkar dengan sesama umat Islam dan sesama rakyat Indonesia. Kenali ulama sejati kita. Ulama sejati bukanlah sosok yang suka mengadu domba kita. Bukan pula seleb yang kebanyakan bicara harta benda.
Juwiring, 30 Maret 2016