A : Mas, gubernurku hari ini merayakan pesta pernikahan anaknya lho.
B : Sejak kapan gubernur punya anak dan punya tugas merayakan pernikahan?
A : Lha ini di koran, baca deh.
B : Yang merayakan pernikahan ya orang tua. Pas ngijabke dan ngirabke anake yo Bapak Anu bukan gubernur, pas itu dia jadi orang tua. Piye sih kowe.
C : Bro, kolonel Anu tadi malam berhubungan dengan istrinya lho.
D : Mosok, sejak kapan tentara tugasnya berhubungan intim.
C : Lho bener, tadi ada yang cerita
D : Hussss, ra sopan. Pas dia berhubungan itu ya dia berarti jadi suami. Ga ada sejarahnya tentara kok tugasnya begituan
E : Kok deretan shaf depan kosong?
F : Itu buat menteri Anu dan rombongan.
E : Kok bisa. Menteri apa yang kerjaannya shalat. Menteri ya kerjaannya menangani masalah di bidangnya.
F : Lho, kan dia menteri, harus ada tempat khusus dong akh.
E : Yang diperintah shalat itu manusia, abdullah. Kalau dia datang ke sini ya sebagai manusia, datang telat ya dapat tempat belakang. Mana ada menteri kerjaannya shalat.
G : Mulai sekarang panggil aku Pak Haji ya, kan aku habis dari Mekah
H : Kalau gitu, tolong panggil aku Mushollin, soalnya aku habis shalat, lebih sering malahan.
G : Heh, kamu kok kayak gitu.
H : Yang namanya Haji ya orang yang sedang melakukan ibadah haji. Kalau sudah pulang dari Mekah ya panggilannya Pak yang Pernah Berhaji.
I : Wah yang nikah keren, gelarnya M. Pd. ketemu dengan M. Si.
J : Woh, sejak kapan ada aturan pernikahan akademik.
I : Ini lihat di undangan
J : Yang namanya pernikahan, syaratnya mempelai pria dan wanita, wali dan saksi. Kalau gelar akademik ya dipakainya pas bikin paper atau mengisi kuliah.
K : Itu siapa yang di toilet?
L : Direkturmu
K : Lho, ada to poin pekerjaan direktur bahwa harus ke toilet?
L : Oh, sorry mas, yang ditoilet itu mas Anu
K : Nah gitu dong, nanti kalau sudah di ruang rapat saya panggil direktur.
Malaikat : Tuhan, karena gelar manusia sudah mulai jarang dipakai, padahal itu gelar pemberian-Mu, apa perlu direvisi?
Tuhan : Biarin dulu saja, mereka lagi seneng bikin gelar-gelaran, dan merasa lebih hebat dari gelar yang kuanugerahkan kepada mereka. Aku menganugerahkan gelar MANUSIA, tapi mereka memang sukanya melakukan bid’ah, nggak tahu konteks ruang dan waktunya. Yang penting jangan ada yang membuat gelar Nabi, Rasul, atau yang menggunakan nama-nama kebesaran-Ku.
*Joke ini saya peroleh inspirasinya dari diskusi menyoal kemanusiaan kita.
Juwiring, 1 September 2016