Bagi saya, teori Flat Earth (Bumi Datar) tidak serta merta membuat pandangan saya terhadap kosmos berubah, karena mau bumi bulat atau datar, pada dasarnya tidak bisa dibuktikan dengan observasi langsung, karena belum ada satupun instrumen yang dapat memotret permukaan bumi secara keseluruhan. Lho kan ada foto satelit, hahaha, yang udah lama mainan komputer dan desain grafis tahu kok gambar-gambar antariksa di Google itu jenisnya apa.
Setidaknya teori tersebut menyadarkan saya bahwa logika matematika itu penting dikuasai agar kita tidak tertipu. Misalnya menghitung jarak bumi-matahari, sebagai mantan mahasiswa yang pernah mempelajari fisika saat itu saya kok ya menelan mentah-mentah dogma tentang data jarak yang ada di buku paket, padahal ia bisa dihitung dengan menggunakan trigonometri. Dan setelah dihitung hasilnya …. hahahah
Teori Flat Earth tidak lantas membuat saya cepat percaya dan menyimpulkan bahwa bumi datar, tapi justru meningkatkan kecurigaan saya bahwa jangan-jangan konten ilmu sains kekinian yang diajarkan di dunia pendidikan kita lebih banyak diisi ilusi, manipulasi, asumsi, dan klenik yang merusak pikiran, mirip ilmu perdukunan. Dan boleh jadi ilmu-ilmu (yang dianggap klenik perdukunan) leluhur kita yang kini ditendang oleh sains modern maupun kaum agama yang sok puritan malah lebih ilmiah ketimbang sains modern yang diimani oleh kaum sekuler maupun kaum agama yang modernis.
Ngawen, 25 Juli 2016
Beberapa argumen dalam teori Bumi Datar yang saya lihat, menurut saya lebih banyak memberikan bantahan pada teori Bumi Bulat. Artinya kebenaran teori Bumi Datar juga belum bisa dibuktikan secara empirik melalui observasi yang menyeluruh, sebagaimana kejanggalan dalam teori Bumi Bulat.
Salah satu hal yang menarik perhatian saya dalam argumen teori Bumi Datar adalah saya disadarkan penggunaan trigonometri untuk menghitung ketinggian Matahari terhadap permukaan bumi (terkhusus lagi adalah terhadap posisi pengamat), yang juga berlaku untuk benda langit lainnya. Dengan pengambilan data secara empirik tersebut, orbit benda-benda langit dapat dirumuskan. Selama ini kan kita percaya dulu pada asumsinya, baru dibuat penelitian yang didasarkan pada kebenaran asumsi tersebut. Ya tentu saja hasilnya benar menurut pemodelan matematikanya, tapi apa juga pasti benar secara empiriknya? Belum tentu.
Dan akhirnya saya geli dengan skripsi saya agak anu, terutama soal metodologinya. Beruntung dosen pembimbing dan penguji berbaik hati memberi nilai lulus pada karya tersebut.
Juwiring, 25 Juli 2016