Ini cuma contoh dari dominasi metodologi Barat dalam cara berpikir orang-orang pintar zaman sekarang sehingga mengkaji al Quran dan Islam dengan filsafat materialisme.
Misalnya, al Quran mengatur laki-laki dan perempuan dengan tugas kehidupan yang berbeda dan saling melengkapi untuk keberlangsungan peradaban manusia. Dan jika kita beriman kepda Allah dan al Quran, sudah barang tentu itu keputusan Allah yang Maha Adil. Namun karena filsafat materilialisme memandang hal itu tidak sebanding, tidak adil, dan terkesan wanita lebih direndahkan daripada laki-laki, maka lahirlah doktrin feminisme baik yang sekuler maupun yang syariah (qiqiqi, maaf istilah buatan saya sendiri dan monggo diteliti sendiri).
Maka tidak perlu heran jika kemudian kritik yang muncul menyerang al Quran dan Islam secara frontal. Meski demikian, ada juga kritik yang muncul untuk mengusulkan teknis keputusan Allah tersebut. Kritik yang jenis kedua lebih berbobot karena tidak menyalahkan substansi dasar, tetapi dari pengamatan praktiknya yang dipandang tidak tepat. Kritik yang semacam itu lebih bisa dionceki untuk bahan instrospeksi, dari pada kritik yang menyerang substansi al Quran dan ajaran Islam. Cuma, ya tetap pilah dan pilih.
Nah, silahkan dikembangkan sendiri, ada banyak bahan yang terbuka di tengah kita untuk didokumentasikan bagaimana filsafat materialisme membentuk pikiran kita sehingga meremehkan al Quran, dan di sisi yang lain mengklenikkan al Quran seperti kleniknya manusia pada pusaka bertuah. Di bidang pendidikan, kebudayaan, ekonomi, politik, dll banyak sekali bahan yang kita bisa pelajari dan waspadai. Ini cara yang elegan dari pada kita cuma suka ngecap si A liberal, si B sekuler, giliran ditanya ga tau alasannya karena cuma ikut-ikutan.
Kalau bentuk peremehannya terhadap al Quran dan Islam secara akademis, hal itu bisa diketahui dan dijawab dengan cara yang akademis pula. Kalau bentuk peremehannya menjadi semacam virus pikiran dan ikatan perasaan tanpa status, tidak ada jalan lain kecuali dengan memohon pertolongn Allah. Wong hanya soal pilpres saja kita pernah bertingkah sangat pekok gitu og, lha ini serangan virus pemikiran berbahaya, kan lebih memekokkan kita lagi dampaknya. Na’dzubillah min dzalik.
Ngawen, 11 Juli 2016