Pelanggaran kita sebagai umat yang ngaku Islam terhadap kaidah-kaidah dasar kehidupan yang ditetapkan Allah dalam al Quran itu sudah banyak sekali. Pelanggarannya kolektif lagi.
Mulai dari soal sistem ekonomi (kita jadi penganut sistem ribawi 100%), dalam penyediaan makanan halal dan thayyib (harusnya dengan sistem ketahanan pangan mandiri, kita malah impor dan maniak makanan kemasan yang berpengawet), dalam kesehatan (kita terlanjur beriman pada satu metode kedokteran saja dan mengkomersialkannya), dalam pendidikan (kita tidak menggunakan metode tadabbur seperti perintah al Quran, tapi lebih didominasi doktrin yang berpangkal pada industrialisasi, baik industri di bidang bisnis, politik, maupun agama), dan masih banyak lagi pelanggaran kita bersama. Makanya kita kena kutukan massal sebagai umat yang dihinakan, ya karena ulah kita sendiri.
Sayangnya di antara kita malah hobi menyulut pertengkaran. Mengangkat masalah-masalah remeh dan memperdebatkannya. Melabeli saudaranya yang berbeda pendapat sebagai kum sesat bahkan kafir. Dan tak jarang kong kalikong dengan penguasa zalim untuk menyingkirkan saudara seperjuangannya. Tapi itulah kenyataan dunia Islam hari ini, yang lebih sibuk bertengkar mengaku paling benar sendiri sembari pamer keshalehan.
Padahal kalau kita mau rendah hati saja, dengan pelanggaran kolektif yang kita lakukan itu udah cukup untuk bikin kita berhenti bertengkar. Sama-sama belepotan dosa, haruse saling berjuang memperbaikinya. Kita hari ini sudah masuk dalam neraka kezaliman dan penindasan, apa mau nambah jam terbang pesta di neraka sungguhan. Mari akui dosa-dosa kita dahulu. Bahwa setelah pengakuan dosa kita belum mampu berbuat banyak, ya karena kita memang benar-benar masuk jebakan super kuat dan jahat. Setidaknya pengakuan dosa-dosa kita bisa membuat Allah terharu, lalu kita perlahan ditolong oleh-Nya, dibukakan FATHAN MUBIINAN.
Juwiring, 13 Mei 2016