Sungai itu dibentuk dari titik-titik mata air, menjadi sungai kecil, lalu menjadi sungai hulu, saling bertemu menjadi sungai besar hingga akhirnya bermuara di laut. Lalu dilanjutkan dengan peristiwa penguapan dan air hujan agar terbentuk siklus air. Barangkali itu adalah petunjuk Allah tentang bagaimana membangun peradaban.

Tapi logika kita sekarang kebalik, dikiranya air laut itu bergerak ke muara lalu ke sungai lalu menjadi sungai-sungai kecil hingga merembes ke tanah sebagai mata air. Makanya sekarang sebagian kita berlomba-lomba menjadi sungai, bukan menjadi mata air. Dikiranya kalau berada di puncak kekuasaan, masalah-masalah rakyat kecil itu akan mudah diselesaikan. Lalu trend menjadi kaum elit mendadak sangat menjamur di kehidupan kita. Siapa pun mencari akses untuk bisa menjadi kaum elit, minimal kelas menengah.

Maka, terpujilah engkau wahai Rasulullah. Ketika Allah menawarimu posisi sebagai Mulkan Nabiyyan (Raja sekaligus Nabi) engkau menolaknya dan memilih tetap menjadi Abdan Nabiyyan (Nabi yang berposisi sebagai orang biasa). Saya berpegang pada pendapat bahwa selama beliau hidup, beliau tidak pernah memegang urusan pemerintahan. Pemerintahan tetap dipegang para pemimpin kabilah yang bersedia tunduk di bawah kepemimpinan spiritual Rasulullah.

Rasulullah adalah imam kaum muslimin dan umat manusia yang bersedia mematuhi anjuran kebaikannya. Yang menyerukan jihad ketika saatnya tiba. Sebagai sosok yang dihormati dan ditaati para pemimpin Arab yang telah datang menyatakan ke-Islam-annya. Rasulullah hidup sebagaimana rakyat biasa, yang menjalani hari-harinya layaknya manusia lainnya, tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan menghormati tetangganya.

Juwiring, 30 April 2017

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses