Bulan-bulan ini Simbah berkali-kali berpesan, jika tidak ingin banyak fitnah dan hujatan bertebaran akibat cekaknya cara berpikir dan emosionalnya orang-orang sekarang yang cenderung mendadak jadi hakim hanya dari baca Quote Singkat, maka lebih baik hindarilah mengutip kata-kata dan menyebarkannya.
Mending selalu datang dan ikuti forum secara komprehensif untuk membangun khazanah pemahaman yang utuh dan keluarkan outputnya untuk berbagi kepada yang lain. Tinggalkan cara sitasi yang manipulatif, apalagi hanya ujung-ujungnya cari keuntungan dunia. Apalagi sekarang kalau mau aman, banyak yang sengaja bilang, aku muride Simbah lho, demi mendapatkan kompensasi. Itulah perilaku yang berotak kapitalis alias money oriented.
Salah satu status script writer-nya film Tjokroaminoto Guru Bangsa, berupa esai pendek tentang peperangan hari ini yang dimulai dari pembentukan cara baca dan berpikir masyarakat yang instan. Tidak ada yang menarik hari ini selain gelut satu sama lain soal kalimat kutipan. Teks itu mengikat imajinasi, makanya berguru itu penting agar teks yang dipahami itu dimengerti dengan konteksnya. Semakin banyak guru, semakin banyak konteks dan dari situlah pemikiran akan berkembang.
Dan puncak dari kejahilan itu hari ini adalah semacam penistaan dalil yang diperlakukan jauh dari keberadaban. Bukan mujtahid, bukan pula hujjatul Islam, bukan pula al musnid, tapi seolah mendapat previllege dari Gusti Allah untuk menghakimi manusia hanya dengan cara melempar kutipan pula. Barangkali inilah fenomena lahirnya generasi yang Quran hanya sampai tenggorokannya saja. Na’udzubillahi mindzalik.
Pengetahuan itu memang tidak sama dengan pemahaman. Pengetahuan itu bertambah seiring interaksi panca indera dan olah akal. Tapi pemahaman itu adalah rizki dan karunia Allah. Makanya bagaimana mungkin kita merasa bisa memahamkan orang lain. Mak jlebbbbbb. Bahwasanya setiap kita harus berjuang meraih pemahaman itu. Karena itu adalah hak Allah untuk membuka pintu hikmahnya kepada kita. Mbok ngertia akeh sak jiblek nek ra diwuruki Gusti Allah, ora ana gunane.
Surakarta, 28 Juli 2015