Setidaknya 2 hal yang tidak kusetujui dalam filsafat ilmu Barat yang masih menggurita di jagad akademik Indonesia hingga hari ini.

Pertama, eksploitatif dan desruktif. Bangunan ilmu sains dan sosial cenderung untuk tujuan eksploitasi yang barangkali dijiwai nafsu menguasai yang belum usai di era renaisans. Ilmu-ilmu sains teknologi terus berkembang untuk tujuan eksploitasi alam yang sedemikian sadis, dan puncaknya ada pada senjata pemusnahan, baik dalam arti fisik maupun secara kimia dan biologi. Ilmu-ilmu sosialnya pun tak kalah eksploitatif memainkan peran dalam mendesain tata kebudayaan agar melahirkan bentuk-bentuk penindasan yang halus dan mematikan.

Kedua, residual. Ilmu-ilmu sains teknologi Barat yang sudah mainstream sekarang melahirkan sampah, tidak recycling. Pasti ada saja bentuk-bentuk sampah yang dihasilkan dan mempengaruhi keseimbangan alam yang ada, sehingga mendorong lahirnya keseimbangan alam yang baru. Sementara ilmu-ilmu sosialnya tak mau kalah, residunya adalah kemiskinan dan pemiskinian sistemik pada sekelompok komunitas yang kalah saing maupun berita palsu yang begitu masif menyebar tanpa kendali.

Untunglah bangsa ini dikaruniai keluasan untuk “ngiguhke” dan masih mewarisi ilmu leluhur yang harmoni dan recycling sebagai manfestasi khalifah fil ardh. Konsep desa harus tetap dijaga, tapi harus dikemas kembali dalam bentuk baru yang menjadi antitesis dari arus utama yang sedang berkembang.

Yang aku tiru dari semangat orang-orang Barat adalah kecintaan mereka belajar, disiplin waktu, dan suka berdiskusi. Mereka mengapresiasi hal-hal yang mungkin di sini justru diremehkan, padahal sebenarnya sangat penting meskipun itu hal kecil.

Dan untunglah, di saat galau akhir studi aku dapat petuah, “selesaikan karena itu amanah orang tua”. Kini, aku penuhi janji karena diprasangkai sebagai orang yang mengerti sedikit tentang pendidikan, aku terus belajar mengenali apa yang disebut pendidikan sejati. Aku mengumpulkan puzzle, dan menyusun kembali kepingan-kepingan semangat leluhur agar ia kembali bertahta di negeri ini.

Juwiring, 19 Maret 2016

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.