Ibrahnya Nabi Ibrahim ditakdirkan hidup di masa lalu adalah seandainya beliau hidup di zaman ini, betapa repotnya beliau demi memenuhi perintah Allah harus berurusan dengan kapolsek dan wartawan yang suka ngarang cerita, lalu akan ada tebar gosip dan ghibah di WA tentang seorang tua gila yang mau menyembelih anaknya.
Maka alhamdulillah, karena Allah menakdirkan beliau hidup di masa lalu, yang belum nganu kayak sekarang, kita dapat cerita tentang pengorbanan cinta yang agung.
12 Maret 2016
Alhamdulillah, Allah kirimkan unta yang susunya berlimpah tak putus di masa Nabi Shalih. Saking suburnya, susunya diperah orang sak ndayak ga habis-habis.
Coba kalau unta itu dikirimkan Allah di masa sekarang, akan ada ratusan wartawan dari media beneran sampai yang jadi-jadian bikin berita yang aneh-aneh dan nganu-nganu. Ada ratusan perusahaan susu rebutan bikin label produk mereka, susu unta syari’ah atau mungkin susu unta Islami. Wong baru urusan jilbab dan baju lelaki aja udah ada perang mode, soal bekam juga udah perang pasar, bahkan jampi-jampi juga mulai marak dilakukan dengan label-label Islami.
Alhamdulillah, unta yang spesial itu hidupnya di zaman dulu, itupun nasibnya nahas, karena disembelih (entah alasan khususnya apa), yang jelas bikin Allah murka. Lha kalau unta itu sekarang jadi ladang eksploitasi kapitalis hingga dia sedih karena jadwal jalan-jalannya banyak disita oleh liputan pemberitaan dan digilir perusahaan susu, apa ndak takut kalau Allah murka berlipat-lipat.
Allah takdirkan cerita indah di masa lalu untuk jadi pelajaran bagi orang yang mau berpikir. Paling tidak bisa saya tulis jadi status Fesbuk ini. Iya kan. Hahaha
13 Maret 2016
Alhamdulillah, Allah hidupkan nabi Musa sebelum era renaisans Eropa. Seandainya beliau hidup hari ini, bisa jadi nasib beliau lebih ngenes dari pada Ponari.
Ponari saja, bocah cilik yang dititipi batu oleh Allah, puluhan ribu orang yang bawa air putih dalam gelas dan dicelupi batu tersebut itu bisa sembuh dari sakitnya, tentu karena izin Allah. Itu saja asosiasi dokter se-Indonesia sudah protes dan praktek itu ditutup, karena dikhawatirkan yang berobat juga terjebak pada syirik. Tapi fakta luarnya kan sama seperti orang ke dokter. Ini sebenarnya bisa menjadi argumen bahwa Allah itu kalau mau menyembuhkan penyakit yang Dia berikan, ya gampang saja. Tidak harus satu cara mainstream. Yang tidak boleh itu meyakini benda-benda ini itu bisa menyembuhkan penyakitnya, itu syirik.
Apalagi nabi Musa, yang dititipi tongkat, dengan izin-Nya, kalau tongkat itu dipukulkan ke laut, lautnya membelah dan bisa dilewati oleh ratusan ribu manusia. Kalau Allah menitipkan kekuatan-Nya ini dalam waktu cukup lama pada nabi Musa lalu ditakdirkan hidup saat ini, beliau bisa didemo oleh kontraktor, pengusaha kapal, bea cukai, dan berbagai pihak yang dirugikan secara ekonomi. Akan jadi headline, yang pro akan mengundang beliau talkshow, yang tidak terima akan mempolisikan beliau dengan perkara yang dikarang-karang biar ada. Betapa repotnya beliau, padahal tugas utamanya mendakwahkan ajaran tauhid.
Jadi, alhamdulillah, masa lalu itu selalu menyajikan banyak pelajaran bagi yang mau berpikir. Minimal bisa jadi dongeng untuk dibuat versi kartun atau film serialnya. Wkwkwkwk
13 Maret 2016
Alhamdulillah, nabi Khidir hidupnya sezaman dengan nabi Musa (berdasarkan kisah al Quran). Kalau beliau hidupnya di zaman sekarang, apalagi jadi warga negara Indonesia, beliau akan sangat repot menjalankan misi pengajaran tentang rahasia Allah kepada muridnya (kala itu adalah nabi Musa).
Baru ngajari rahasia ilmu mengapa ia melobangi kapal nelayan, maka muridnya yang orang modern akan teriak-teriak dan menelpon polisi laut dan tim SAR. Beliau bisa dibui. Apalagi kalau ngajari rahasia mengapa ia mencekik anak sampai mati. Wah ini kriminal berat. Wong pembunuhan Angeline saja bisa berhari-hari jadi berita nasional. Apalagi ini aksi pencekikan anak di depan saksi mata, yang tak lain muridnya. Lanjutkan sendiri …
Alhamdulillah, kisah masa lalu itu selalu indah dan syarat akan ibrah bagi yang mau memikirkannya.
13 Maret 2016
Alhamdulillah, nabi Isa ditakdirkan hidup di zaman sebelum krisis 1998, bahkan jauh di saat Nabi Muhammad belum lahir.
Jika beliau hidup di zaman sekarang, betapa repotnya beliau melayani permintaan masyarakat. Mereka butuh pengobatan “alternatif” yang mujarab, karena biaya pengobatan modern semakin mahal. Itu belum cukup, karena para jutawan boleh jadi juga ngantri membawa mayat keluarganya yang meninggal kemarin untuk dihidupkan kembali. Belum cukup sampai disitu, pengemis, gelandangan juga akan standby kalau-kalau ada makanan langit turun.
Nah, padahal kemampuan menyembuhkan penyakit, menghidupkan orang mati, hingga menurunkan makanan, itu semata-mata terjadi atas kehendak Allah. Bayangkan, jika sudah jauh-jauh datang ke rumah nabi Isa, terus saat itu Allah tidak berkehendak menyembuhkan, bisa kamu bayangkan nasib Nabi Isa kayak apa.
Alhamdulillah, Allah takdirkan beliau hidup di masa dahulu. Semoga kisahnya membuat kita mau berpikir dan mengambil pelajaran darinya.
13 Maret 2016