Dalam sebuah forum Pak Adian Husaini berkata
“Bikin media Islam itu gampang, tapi siapa yang siap menjadi jurnalis yang punya komitmen besar pada Islam dan adabnya. Bikin televisi Islam itu juga insya Allah mampu, tapi apa kita sudah memiliki SDM yang mumpuni untuk mengerjakannya.”
Interpretasi saya atas pernyataan beliau adalah umat Islam saat ini butuh mengisi ruang-ruang kosong perjuangan yang ditinggalkan kebanyakan orang. Karena ruang itu sifatnya perjuangan, maka jangan kebanyakan bicara soal imbalan. Bahwa butuh banyak uang iya, tapi jika ingin dapat banyak uang, nah itu masalah serius dakwah.
Bertumbuhnya media-media Islam saat ini di satu sisi positif karena menjadi rujukan umat Islam untuk melawan hegemoni media sekuler. Tapi jika insan jurnalistik media Islam itu tidak memiliki adab dan kompetensi memadai dalam mengisi konten media Islam tersebut, itu masalah serius karena menyesatkan jutaan pasang mata yang membacanya. Dan yang parah adalah jika mengutip tulisan orang lain tidak minta izin pada penulis yang bersangkutan. Yang paling parah adalah menulis kabar-kabar HOAX Islami.
Dari pada main dagelan begituan, mbok sudah bikin situs Google Adsense biasa aja sekalian, mau pakai konten-konten umum hasil rewrite-an yang diposting ulang di web Anda ya terserah juga. Itu jelas jujur, cari duit dari penghasilan iklan Google. Karena menisbatkan Islam pada sesuatu yang mencelakakan itu mudharatnya lebih besar. Apalagi hari ini kita menghadapi umat yang malas ngaji serius dan telaten, demen baca fatwa instan, suka unggul-unggulan mana yang paling benar, dan suka berdebat pakai ayat Quran dan Hadits di media sosial.
Sebagai blogger pemula dan masih terus belajar ke para suhu, saya sungguh geli melihat fenomena semangat yang tidak dilandasi komitmen pada ilmu semacam ini.
Surakarta, 5 Agustus 2015