Selama tatanan kebijakan informasi kita masih liberal kaffah seperti sekarang, tidak usah berharap kegaduhan akan selesai. Malah akan semakin parah dan menggila. Jadi mari kita menenangkan diri sendiri saja dan tularkan ketenangan kita pada sahabat-sahabat kita.
Karena kegaduhan hari ini berawal dari ketimpangan antara kecerdasan kita menyerap informasi dengan kemampuan kita menghadirkan solusi. Di samping itu, tekanan ekonomi dan berbagai pergeseran ukuran kebahagiaan ke arah materialistik membuat situasi psikologis masyarakat kita aneh-aneh.
Sehingga lahirlah kenikmatan untuk menemukan kebahagiaan dengan cara yang tidak wajar. Misalnya meraih kebahagiaan dengan membenci, meraih kebahagiaan dengan menginjak-injak orang lain, meraih kebahagiaan dengan membuka aib orang lain, dan segala bentuk meraih kebahagiaan yang sumbernya berasal dari penderitaan orang lain.
Memang aneh sekali, tapi mau bagaimana lagi. Yang penting diri kita selamat dari penyakit aneh-aneh semacam itu. Karena dokter-dokter kejiwaan modern belum tentu menyadari hal ini, wong mereka juga terjebak dalam kompetisi meraup uang kok. Lagi pula pasien yang stress berat dan tidak sadar masih banyak untuk ditangani, dari pada yang sakit jiwa tapi tidak merasa sakit jiwa.
Kembali saja ke nilai-nilai kearifan leluhur kita. Yang di Jawa galilah kembali filosofi nilai-nilai Jawa, yang di daerah lain lakukan pula hal yang sama. Gali nilainya, bukan warisan tradisi fisiknya saja. Kalau yang dilihat cuma tradisi fisiknyanya jadinya nanti komersialisasi adat. Lagi-lagi bisnis berbasis produk budaya.
Hampir seluruh wilayah Nusantara ini pernah tersentuh dakwah Islam, sehingga nilai-nilai kearifan leluhur biasanya sudah berpadu dengan Islam. Maka fokuslah pada penggalian nilai-nilai hidup mereka, jangan tertipu dan antipati dulu pada tradisi-tradisinya. Tradisi itu pilihan, silahkan diseleksi sendiri-sendiri mana yang bisa dilanjutkan mana yang sebaiknya diganti.
Kita dikaruniai akal, maka proses pencarian hal-hal yang sejati itu pasti masih bisa dilakukan. Kita fungsikan akal kita sebagaimana mestinya. Asal kita tidak mudah terpengaruh dengan konsep-konsep mainstream yang dijejalkan lewat penjajahan informasi yang sangat dahsyat ini. Itu kalau kita mau, kalau tidak mau ya tidak apa-apa.
Karena kegaduhan semacam ini, apalagi turut meramaikan kegaduhan itu lama-lama mungkin juga nikmat kok. Apa-apa yang diulang-ulang itu nikmat. Nanti menggibah pun pasti akan nikmat. Bahkan saat shalat pun bisa sambil menikmati membenci sesiapa gitu. Iya kan. Ya udah dinikmati saja. Karena setiap orang punya kedaulatannya sendiri-sendiri. Selamat memilih!
Juwiring, 5 Maret 2017