Kisah mengharukan dari Pak Taufiq Ismail (kenal ra kowe?) Di Kenduri Cinta Juli 2015

Ayah beliau adalah gurunya Kahar Muzakkar. Ketika Kahar Muzakkar menuntut keadilan dari pemerintah RI, TNI kewalahan untuk mengatasi pasukannya.

Melihat perseteruan antar tokoh bangsa ini, Muhammad Natsir pun berinisiatif mengambil jalan yang menghindarkan korban lebih banyak. Beliau tahu bahwa ayah Pak Taufiq, Pak Gaffar Ismail adalah gurunya Kahar Muzakkar sewaktu masih di Jawa. Akhirnya dimintalah beliau untuk membujuk Kahar agar mau berdamai.

Ayah pak Taufiq ini berkuda di rimba hutan Sulawesi untuk menemui Kahar. Ditengah kepungan pasukan Kahar dia dengan lantang memanggil Kahar. Dengan takzim Kahar menyambut gurunya. Ia pun dinasihati dan menyatakan rujuk untuk mau bernegosiasi dengan pemerintah RI.

Tapi di mana-mana pengkhianat selalu ada. Di perjalanan turun gunungnya, ada satu atau segolongan pasukan tak bertanggung jawab menghabisinya. Akhirnya namanya pun tetap tercatat sebagai pemberontak hingga kini. Demikianlah kisah para sahabat founding fathers yang karena kebohongan sejarah generasi kini tak tahu siapa pahlawan siapa pengkhianatnya.

Kahar Muzakkar adalah sang pejuang, yang karena idealismenya ia berjuang untuk keadilan kaumnya. Dan jika ada dua pihak bersengketa damaikanlah, itulah cara orang-orang besar. Bahkan jika harus menghukum, Soekarno sampai harus bimbang semalaman untuk menandatangani eksekusi mati sahabatnya di kos2an dulu, Kartosoewiryo. Dan ia gembira ketika melihat foto sahabatnya tetap gagah sebelum dieksekusi mati. Foto itu seolah berpesan, “Tenang Bro, aku masih seperti yang kamu kenal.”

Begitulah cara orang2 hebat menjaga kehormatan mereka, bersahabat dan berselisih pun tetap dengan cara terhormat. Tidak seperti para pemimpin sekarang yang pating plintut ra nggenah.

Surakarta, 4 Agustus 2015

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.