Hidup dalam keseimbangan itu seperti berjalan di lantai kapal yang tengah berjalan di atas gelombang laut yang ganas. Yang sudah memiliki keseimbangan dia akan menikmati berjalan-jalan di atas geladak kapal tanpa khawatir terhuyung ke sana kemari.

Akan tetapi, tidak mudah mencapai keahlian itu. Apalagi hari ini kita dicekoki ketakutan akan terlempar ke lautan, ketakutan akan mabuk laut, dan berbagai mitos tentang perjalanan di lautan itu. Sehingga kita memilih berkhayal di dalam kamar kapal tanpa pernah menikmati hamparan lautan yang luas itu secara langsung.

Demikianlah kehidupan di abad ini, kita dibelenggu oleh teori dan segala pakem yang membuat kita kehilangan rasa untuk menikmati gelombang dan lautan yang ganas itu. Ketika kita mendengar orang di luar kamar kapal berteriak menikmati lukisan alam, kita mengumpati mereka sebagai orang-orang yang berisik. Kita terlalu menikmati sempitnya kamar dan layar televisi yang menceritakan secara sepenggal-sepenggal kehidupan di luar sana.

Lalu kita memercayainya dan sesekali ketika bertemu dengan penghuni kamar lain kita bertengkar mati-matian atas penggalan-penggalan video yang kita lihat itu. Kita lupa pada fakta sesungguhnya bahwa kita yang telah berumur sekian sesungguhnya tak pernah berani menatap lautan yang begitu luas dan berjalan-jalan dengan keseimbangan di atas lantai kapal sembari menantang angin yang sangat kencang.

Dan seperti biasanya, kita berkhayal menjadi pengharung laut yang handal. Padahal merasakan badai dan mengambil pilihan untuk bebas melihat bintang saja tidak pernah. Begitulah manusia-manusia zaman now, hidup di alam khayal dan percaya dengan mitos-mitos yang dikemas apik dan dijual oleh para pedagang. Mereka membangun visualisasi luar biasa atas mitos itu demi untuk melariskan dagangan mereka. Dan kita laris manis menikmatinya, sembari menjadi agen promosi gratisan yang militan.

Gondangsari, 18 November 2017

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.