Kangen dengan suatu zaman ketika jamuran di tengah padhang mbulan masih bisa kujalani, ketika ngaji-nggarap PR-diskusi di mushola berlangsung di waktu primer sebelum diganggu TV, mancing nurut kalenan hingga kali besar dan cekdam, atau berburu mangga keong dan jambu mete. Ya rasa kangen seperti ini, ketika alam masih dekat dengan kita dan kita mau mendekatinya. Ketika kabar penculikan anak dan tipu-tipu belum menjadi berita menakutkan.
Zaman telah berganti, kini tanpa perlu mengalami jatuh akibat berlarian, jatuh dari pohon atau kecemplung kali dan tenggelam, kita telah menjadi generasi yang dipenuhi berbagai ketakutan, karena setiap informasi yang entah benar entah salah tapi terlanjur mendominasi hari-hari kita. Ketakutan beragama, ketakutan berpikir, bahkan ketakutan untuk berkreasi. Bahkan mungkin mulai muncul ketakutan untuk menjadi orang baik.
Selamat menyambut Senin. Ini negeri kita, tanah air kita, bagaimana pun situasi negara kita, masih beres tidak pemerintahan kita, tugas kita mencintai tanah air dengan semangat dan fitrah kemanusiaan kita. Karena kita bukan Firaun yang hanya mencintai bangsa sendiri dengan menindas bangsa lain, tapi kita diajari untuk mensahabati siapa pun yang mencintai keadilan dan mencintai umat manusia, karena itulah salah satu nilai Islam yang dicontohkan Kanjeng Nabi. Jika generasi yang sekarang belum, mungkin anaknya, cucunya, buyutnya, canggahnya, dst. Love you my motherland.
Ya Allah maafkan kami atas segala kelemahan kami yang membuat kami belum mampu untuk tidak buang sampah anorganik dan tidak nyepam udara dengan polusi gas beracun. Itu semua karena kebodohan dan kelemahan kami. Rabbanaa dzolamnaa anfusanaa, wa in lam taghfirlanaa, wa tarhamanaa, la nakunannaa minal khosiriin.
Ngawen, 5 September 2016