Agama itu adalah apa yang Allah turunkan agar dijadikan sebagai jalan hidup manusia.
Kalau kita mempelajari agama lalu kita menulis apa yang kita pahami, itu bukan ajaran agama, tapi tafsir kita tentang apa yang kita pahami dari agama.
Al Quran adalah kalamullah. Tapi ketika kita menjelaskan sesuatu dan mengutip ayat al Quran itu adalah interpretasi kita (sejauh pehamaman kita terhadap al Quran itu) tentang agama. Bukan agama itu sendiri.
Nah, sekarang ini kita tidak bisa membedakan mana agama dan mana hasil olahan pikiran kita. Makanya kita mudah bertengkar soal perbedaan pendapat di antara kita tentang agama. Bahkan ketika sudah menyangkut urusan politik dan ekonomi, ruwet sekali.
Tapi sebenarnya kita masih bisa melihat adanya nilai-nilai abadi yang diturunkan Allah sejak Dia menciptakan manusia. Nilai-nilai kejujuran, keadilan, kasih sayang, tanggung jawab, dan berbagai nilai kebaikan itu saya rasa masih diakui manusia, perkara banyak dari kita yang mulai tidak lagi menjalankannya.
Kita sudah mengenal nilai keadilan, tapi kita pasti jarang sekali berlatih untuk mengimplementasikan sikap adil itu. Kita sudah mengenal nilai kejujuran, tapi pasti kita sering melanggarnya, bahkan untuk sekedar jujur pada diri sendiri. Makanya, seluas apa pun kita merasa tahu tentang agama, itu hanyalah urusan kognitif pikiran kita. Tapi agama itu soal rasa dalam hati kita apakah online dengan Dia atau tidak.
Di zaman dengkul ini, kita sangat mudah ditipu. Bahkan kita sendiri sering merasa GR ketika kita sudah berbuat baik. Kita memuji-muji diri telah melakukan sesuatu yang membuat kita pasti masuk syurga. Lalu melihat orang lain yang tidak seperti kita sebagai kafir dan pasti nanti masuk neraka. Wtf sekali kan?
Surakarta, 20 Maret 2019