Suatu ketika ada anak muda yang bertanya kepada Simbah
“Mbah, saya itu sekarang sering berpikir bagaimana waktu dan hakikat waktu itu, sering saya pikirkan dan saya belum paham hingga hari ini. Mohon pencerahannya Mbah?”
Simbah sambil guyon menjawab,
“Mas, pekerjaan yang bisa dilakukan itu banyaknya luar biasa, kok kowe kober-kobermen ki lo mikir sing ora-ora ngono. Lakukan sebanyak mungkin pekerjaan dan tuntaskan tugas-tugas yang segini banyaknya, niscaya kamu akan paham akan waktu itu sendiri. Isih enom ngono wis berfilsafat sing ora-ora.”

Di kesempatan lain, seorang gadis muda bertanya
“Mbah, saya kok berpikir Tuhan itu tidak adil. Saya dilahirkan di daerah yang begitu “liar” dan terkadang saya merasa minder karena daerah saya dikenal seperti itu. Saya sampai sekarang terus bertanya-tanya kenapa Tuhan menakdirkan saya demikian”.
Simbah tertawa gelak dengan tanya sang gadis itu,
“Nduk, pertanyaanmu itu lho aneh banget. Lha untung bukan saya yang jadi Gusti Allah. Kamu itu wis diciptakan ngaya-aya kok malah protes, nek dimatekke meneh piye kowe. Pekerjaan kehidupan kita ini segini banyaknya, kita bekerja serius saja banyak hal yang tidak akan pernah selesai, kok kober-kobere mikir, Tuhan itu tidak adil. Aku kadang lucu ndelok sing ngene-ngene iki.

“Jika kita diberi 100% energi oleh Allah, maka berjuanglah untuk menggunakannya 100% untuk bekerja. Bekerjalah, karena itu tugas kita. Rezeki itu urusan Allah. Bekerjalah, di tengah mainstream manusia hari ini yang sekian % energinya telah dipotong untuk memikirkan soal materi yang akan diterima dari bekerja. Bahkan mungkin ada yang 100% energinya digunakan untuk memikirkan hal yang sudah dijamin-Nya. Itulah doktrin modernitas yang begitu absurd.” Inilah poin nasihat sing pualing angel dilakoni. Inilah yang membuat manusia itu sangat mulia, merekalah para Rasul, sahabat, dan auliya.

Surakarta, 29 Juli 2015

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.