Di era informasi yang penuh kepentingan, maka perbanyak membaca esai saja ketimbang baca berita. Esai membantu kita memiliki kemampuan melihat realita yang tak terjelaskan secara kasat mata dengan lebih baik.
Sebaik-baik bahan berita adalah peristiwa yang kita alami dan saksikan sendiri atau kita dengarkan langsung dari saksi mata terpercaya. Mengapa sering risau dengan kabar yang tak tentu. Apalagi dengan media sekarang, yang sudah pasti media itu berkepentingan dalam menggiring opini.
Gelem-gelemen awakmu dikon percaya ngene ngono sakenak udele dewe tim redaksi. Tur yo salahmu dewe yen gampang percaya tur gampang dikendalekke opini (eh berita ding). Maca ya maca wae, urusan percaya itu belakangan. Karena sindrom orang sekarang itu percaya dengan instan dan latah sebar-sebaran.
Di titik tafakkur ini saya menyadari sepenuhnya bahwa untuk percaya pada siapa dan menentukan arah kebijakan pemikiran, itu 100% pilihan dan tanggung jawab pribadi masing-masing. Membuat pendapat sendiri secara orisinal ataupun membebek orang lain itu juga pilihan.
Yang tidak boleh berhenti adalah berusaha belajar mengenali kebenaran itu. Maka pencari kebenaran ini biasanya akan berhati-hati dan lebih memilih tidak ngaran-ngarani wong liya, apalagi jika alasannya cuma karena suka dan tidak suka. Karena urusan pencariannya sendiri saja sudah payah. Biasanya lebih memilih berbagi saran dan pengalaman saja ke orang lain.
Jangan lupa selalu berdoa “ihdina ash-shiraat al-mustaqim”.
Surakarta, 25 Juli 2015