Sampah-sampah yang kita hasilkan dari rumah tangga dan selangkangan kita itu wajib diatasi secara sendiri-sendiri, dan saya yakin hukumnya fardhu ‘ain.

Ada pun soal negara, bisa jadi malah bukan kewajiban, sebab bikin negara sendiri itu cuma ijtihad. Kalau terbukti negara cuma menyengsarakan manusia, harusnya manusia menemukan ijtihad yang baru untuk mengelola kehidupan bersama.

Jadi sambil mikir caranya mengatasi negara yang merepotkan, padahal bukan kewajiban kita, mari kita atasi sampah-sampah buangan kita sebelum besok di akhirat dituntut oleh bumi yang jadi tempat kita nyampah. Bumi pasti diberikan hak menuntut atas perilaku-perilaku kita yang tidak bertanggung jawab.

Tapi soal negara, paling kita besok ditertawakan oleh makhluk-makhluk Allah yang lain. “Lihat itu bangsa goblok, mereka sok-sokan bikin penataan hidup bersama, tapi mereka terperosok dan celaka akibat penemuan mereka sendiri. Sampai-sampai mereka lupa mengurus kewajiban hakiki mereka pada Allah dan pada alam yang ditempatinya”.

Monggo yang tetap berpikir bahwa mengurus negara adalah sebuah kewajiban. Nek menurut saya, kewajiban terhadap negara itu hanya melekat pada mereka yang mengemis jabatan dan memang diberi bayaran oleh mekanisme bernama negara. Adapun rakyat biasa kayak kita, ndak ada kewajibannya blas ngurusi masalah-masalah begituan. Justru kewajiban-kewajiban primer kita adalah mengurus sampah dan pasrawungan kita yang terabaikan karena begitu dominannya negara dan politik mengisi hari-hari dan pikiran kita.

Mari ingat-ingat sampah rumah tangga dan selangkangan kita masing-masing.

Surakarta, 1 Februari 2019

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.