Sehebat apa pun teologi keagamaan, ia membutuhkan manusia yang mengaplikasikannya agar terasa manfaatnya di muka bumi.

Jadi sekarang ini, mending do berlomba-lomba mengatasi masalah-masalah yang mengancam kita bersama. Yang sangat urgen adalah soal kerusakan lingkungan.

Saya kira, jika kita sama-sama merasa takut pada Tuhan atas ketetapan hukum-Nya ketika alam tidak kita pelihara, kita tidak akan terlalu banyak bertengkar pada masalah-masalah politik yang absurd seperti sekarang.

Kita bisa mulai merapatkan barisan untuk satu kubu melawan segala bentuk penistaan dan perusakan atas karunia Tuhan di muka bumi. Tentu saja, pertama-tama masing-masing dari kita memerangi diri kita sendiri-sendiri yang punya kebiasaan buruk dan masih berkontribusi dalam merusak lingkungan.

Selanjutnya, semoga kita bisa berhimpun melawan para pengacau di sekitar kita, sekalipun mereka memakai simbol-simbol agama. Karena simbol-simbol itu akan menjadi omong kosong ketika ternyata kita menyalahi keyakinan keagamaan kita sendiri, salah satunya dengan membiarkan kerusakan pada bumi.

Umat Islam yang membaca al Quran pasti sudah sangat terang mendapatkan mandat itu. Jika perseteruan politik justru menghasilkan berbagai kemungkinan kerusakan lingkungan yang lebih luas, maka kita seharusnya mulai menarik diri dari itu semua. Sebab mencegah kerusakan lebih diutamakan dari pada memperjuangkan (kemungkinan) kemaslahatan.

Kita keluar dari mainstream perkubuan politik dan mengumpulkan tekad berkumpul melawan sebagala bentuk kekuatan yang merusak titipan-Nya.

Surakarta, 3 Mei 2018

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.