Saya seneng-seneng senep lihat aneka keriuhan dunia maya dan jagad WA yang sering dipenuhi “copas dari grup sebelah”. Salah satu yang masih terus berjalan adalah isu soal kebangkitan komunisme di Indonesia. Apa benar itu ada? Yo mbuh, wong negara kita begitu kompleks masalahnya. Bahwa isunya sangat hot ya wajar, ini era dagang bro. Isu adalah sumber geliat bisnis lainnya, minimal bisnis kaos pro dan anti. Wong isu rokok saja bikin para juragan mendadak dapat hoki, di samping rokoknya laris, trafik pemberitaan dan ser-serannya juga melonjak tajam.

Bagi saya komunisme itu saudara kembarnya kapitalisme. Yang bilang komunisme itu anti kapitalisme berarti melihat dari sisi teknis alias strateginya saja. Kalau yang dilihat soal pemusatan kapital alias modalnya, kapitalisme dan komunisme sama-sama dilahirkan dari ibu materialisme. Pada sistem kapitalisme, pemusatan modal terjadi pada individu atau korporasi. Sedangkan pada sistem komunisme, pemusatan modal terjadi pada institusi negara, yang berada dalam kendali partai komunis. Cara kerjanya sama, mencaplok yang lain agar badannya semakin besar dan modalnya semakin bertumpuk. Kalau individu dan korporasi ya bagaimana caranya mengakuisisi yang lebih kecil, sedangkan kalau negara ya bagaimana membangun paguyuban dengan negara lain sebanyak mungkin.

Karena keduanya lahir dari materialisme maka ya tidak ada agama di dalamnya, apalagi Tuhan. Maka keduanya ya bisa disebut ideologi yang bersandar pada ateisme. Bedanya, komunisme biasanya terlalu vulgar menunjukkan dirinya sebagai gerakan anti agama, makanya di negeri ini ya cepat ditumpas wong berangasan seperti itu. Sedangkan kapitalisme seringnya bermain halus, bahkan bila perlu agama dibajak dan dijadikan alat untuk mesin pemusatan modal. Namanya kapitalisme, jangan bicara keagungan Tuhan di dalamnya. Bila sesuatunya Tuhan laku, dijual juga kok. Nah itu yang hari ini sering gentayangan mengganggu umat Islam dewasa ini. Kalau niat hidupnya meleset pasti jatuhnya ke sini. Dan sebaiknya jangan saling menilai orang, tapi nilai saja diri sendiri apakah sudah selamat apa belum dari pengaruh jin yang bernama kapitalisme ini.

Makanya agama penting untuk menjaga kehidupan kita agar tidak materialistik. Paling tidak, kalau percaya adanya Tuhan dan kehidupan setelah mati, kita tidak berorientasi pada materi dan berkorban dengan segala cara untuk meraihnya. Kalau keadaannya kaya ya sibuk sedekah dan menolong yang miskin. Kalau keadaannya miskin ya rajin bekerja dan tidak meminta-minta. Negara yang pengurusnya mengamalkan agama tidak mungkin membiarkan rakyatnya terlantar karena uangnya dikorupsi, apalagi menambah beban dengan pajak dan inflasi. Juga tidak akan menjual asetnya hanya demi kepentingan sesaat. Nah, kira-kira, sekarang kita itu statusnya jadi rakyat atau bagian dari korporasi?

Solo, 31 Agustus 2016

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.