Sejak zaman dahulu penjajah kita kan jane ya kartel para bakul serakah.
Dulu bakul-bakul kelas dunia bikin kartel. Lalu kartel ini berhasil menguasai kerajaan-kerajaan di Eropa. Akhirnya para pasukan kerajaan ini ditugaskan mencari sumber rempah-rempah dan emas di penjuru dunia disertai dengan penaklukan dan penghancuran kehidupan sosial.
Kartel ini sangat kuat dan berhasil meraih dominasi di setiap daerah yang ditempatinya melalui beragam cara mulai dari perang dan menyuap para penguasa setempat. Maka kita kenal dengan istilah monopoli. Tapi metode yang sudah sangat keji ini pun dianggap tidak efisien karena mereka harus membayar orang untuk jadi tentara.
Akhirnya kartel ini resmi menggunakan wajah negara-negara Eropa yang sudah mirip operator penguasa dunia. Mereka dikendalikan sedemikian rupa untuk menghancurkan berbagai belahan dunia melalui kebudayaan yang rusak dan merampok sumber daya alam secara membabi buta. Para penguasa kita banyak yang tergiur dan hancur budayanya, sisanya terjun bersama rakyat melakukan perlawanan hingga ditumpas.
Puncak penguasaan dunia terjadi setelah perang Dunia II di mana kartel ini berhasil mendesain sebuah konsep negara bangsa yang membuat dunia ini terpecah-pecah menjadi banyak negara dan menghalangi terwujudnya imperium-imperium yang alami seperti dulu. Atas nama perdamaian, mereka melanjutkan penjajahan dengan manipulasi sistem ekonomi yang sudah mendunia. Manipulasi dapat berjalan mulus karena kebodohan dibangun secara sistematis lewat sistem pendidikan di setiap bangsa.
Negara-negara berhimpun di bawah ketiak para adikuasa. PBB dan semacamnya adalah lembaga aneh yang tidak demokratis, karena yang adikuasalah yang memegang kunci. Negara-negara yang katanya adikuasa, sebenarnya mereka juga tidak kuasa, karena mereka semua tunduk di bawah ketiak kartel raksasa ekonomi. Yang selama ini namanya tidak banyak dikenal, justru menancapkan modalnya di mana-mana. Mereka menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mendikte pemerintah agar membuat regulasi yang dapat menghisap rakyat dunia.
Sejahat-jahatnya politisi dan penguasa, mereka hanya punya nafsu bertarung dan saling berebut kedudukan. Tapi ketika para pedagang serakah bersatu membentuk kartel dan menjadi pengendali politisi, maka yang terjadi adalah penjajahan sistematis. Hari ini kita lihat sendiri bagaimana kebanyakan politisi hanyalah centeng dari para kapitalis. Makin ke atas, mereka berada dalam tekanan kartel raksasa global. Sementara rakyat terlalu percaya dengan sistem dan sistem. Mereka mengandalkan sistem yang kini akhirnya terus menghisapnya tiada henti. Terus menghisap dan mencengkeram makin erat laksana kutil yang menggerogoti tubuh.
Dan tahukah perjuangan yang paling susah? Yaitu meyakinkan rakyat untuk kembali merdeka menjadi manusia. Makaya kebanyakan kajian-kajian keagamaan hanya membahas fikih ibadah, tidak banyak yang mengajak masyarakat menanam makanannya sendiri, memproduksi pakaiannya sendiri. Karena dakwah fikih ibadah itu simpel dan tidak butuh kreativitas super canggih. Tapi kalau mengajak umat mandiri, bisa dikriminalkan dengan berbagai alasan ketika terendus para kapitalis. Dan bagi mereka yang mewakafkan hidup dengan menempuh jalan ini bersama tirakat sunyinya, saya angkat topi. Hormat.
Juwiring, 24 Juli 2017