Apakah Ya’juj dan Ma’juj telah dilepas? Ini pasti jadi perdebatan. Pertanyaan yang tepat adalah konten surat al Kahfi itu menurutmu bersifat faktual (data sejarah) atau sekedar kiasan? Jawaban kita akan menentukan langkah kita selanjutnya, termasuk apakah zaman kita sudah akhir zaman atau baru akan menuju akhir zaman.
Setelah mempelajari beberapa pendapat dan ulasan dari beberapa orang yang saya percayai ilmunya, saya lebih condong pada pendapat bahwa isi surat al Kahfi itu adalah ayat-ayat yang faktual, data sejarah yang bisa diidentifikasi letak geografisnya dan diteliti dengan riset sejarah. Ditambah lagi dengan adanya kabar dalam surat al Anbiya yang menceritakan tentang sebuah kota yang telah dihancurkan dan penduduknya diusir oleh Allah, tidak boleh kembali lagi, sampai dilepasnya Ya’juj dan Ma’juj untuk menggiring mereka kembali ke kota yang dihancurkan itu.
Maka, dengan keyakinan dasar bahwa surat al Kahfi ayat-ayatnya bersifat faktual, maka dinding Dzulqarnain tentu bangunan nyata yang sangat besar dan kokoh memisahkan dua bangsa. Lalu siapa Ya’juj dan Ma’juj, ya mereka bangsa manusia seperti kita, cuma diberi keistimewaan khusus. Apakah itu? Nabi bersabda bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah manusia yang secara fisik, kecerdasan, dan ketangguhan tak terkalahkan oleh manusia lainnya. Makanya Dzulqarnain sendiri pun tak mampu melawan mereka, hanya mampu membuatkan dinding penghalang yang sulit ditembus sampai akhirnya diruntuhkan oleh Allah sendiri.
Jika Ya’juj dan Ma’juj belum dilepas, buktikan bahwa dinding yang kokoh itu masih berdiri? Ini zaman canggih, apa yang ada di muka bumi bisa dicari dengan mudah. Apalagi ayat tentang perjalanan Dzulqarnain di surat al Kahfi itu menunjukkan keterangan geografis yang cukup jelas. Ketika dia berjalan ke Barat, patokannya adalah lautan yang berwarna gelap. ketika ke timur dia melihat lautan yang lebih luas. Dia juga mendapati sebuah masyarakat yang bahasanya sulit dimengerti, dengan kata lain daerahnya terisolasi sehingga warna bahasanya tidak tersentuh oleh peradaban besar yang ada pada masa itu. Apalagi Nabi pernah bercerita sambil gugup dan ketakutan, ketika mengabarkan sebuah lubang telah terbuka di dinding penghalang itu dan bangsa Arab dalam bahaya.
Jadi, bagaimana jika bangsa yang sangat kuat itu ternyata telah lepas dan menyebar ke seluruh dunia. Karena mereka manusia seperti kita, mereka bisa menyusup ke berbagai bangsa, menikah dan beranak pinak dengan manusia lainnya. Jika mereka berkuasa, mereka tak akan terkalahkan. Jika mereka memegang kendali ekonomi, pasti juga akan jadi pemenang. Jika mereka memegang apa pun, pasti selalu menjadi yang terbaik. Hanya saja satu hal, mereka telah digariskan sebagai umat yang durhaka kepada Allah dan berani menentang Allah, sampai akhirnya mereka nanti dibinasakan oleh Allah sendiri, karena tidak mungkin dikalahkan oleh bangsa manusia manapun. Bahkan oleh pasukan terbaik dari kaum muslimin sekalipun.
Dan coba kita lihat saja kahanan dunia sekarang. Situasi dunia yang sangat aneh dan serba penuh kepalsuan. Kekuasaan, ekonomi, kebudayaan, dan keilmuwan semuanya penuh dengan kekejaman dan manipulasi. Apa ini hal yang wajar? Menurut saya tidak. Dan siapa yang akan mampu melawan hegemoni kerusakan global ini. Hanya Allah yang bisa. Boleh jadi kekuasaan-kekuasaan yang fasad ini kelak akan saling berbenturan secara dahsyat sehingga mereka hancur semuanya. Sehingga dunia kembali ke hukum alaminya. Manusia bisa bertarung dengan adil satu sama lain berdasarkan kemampuan persiapan perangnya. Tidak ada manipulasi-manipulasi dengan ilmu, undang-undang, maupun kartel.
Saat ini, dunia kita sedang goncang akibat cengkeraman Ya’juj dan Ma’juj. Ibarat kapal yang oleng, maka apa pun yang kita lakukan akan jadi salah. Mau mengambilkan minum malah menumpahi, mau memeluk malah jatuh nindihi, mau membantu melepaskan kotoran di mata malah nyulek. Maka kita harus lebih banyak bersabar. Shalawat shalawat shalawat. Terus berusaha bertahan dengan nilai-nilai keimanan yang sanggup kita upayakan.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi yang membacanya.
Juwiring, 27 Februari 2017