Wacana pasca-nasional itu sekilas terlihat santai. Tapi sebenarnya jika orang-orang di berbagai negara mengamini wacana itu, dampaknya bisa seriyes.

Karena kalau orang-orang meletakkan negara hanya sekedar komplit-komplit dalam hidupnya, tidak ikut-ikutan mengakui PBB maupun segala bentuk sistem negara modern yang memang pada praktiknya semakin kelihatan untuk menjajah rakyat secara halus, bisa menimbulkan komplikasi baru.

Rakyat di tiap negara memang tidak melawan negaranya, tapi juga tidak terlalu peduli dengan negara. Mereka kembali membangun persekutuan alami berdasarkan nilai-nilai lokal mereka. Rakyat yang cuek-cuek seperti ini sebenarnya lebih susah lho diatur dan membuat susah agenda negara yang pada praktiknya saat ini lebih banyak berselingkuh dengan kaum kapitalis.

Lagi-lagi pasti ada yang berpikir bahwa ini dianggap wacana kemunduran. Benarkah? Lebih mundur mana, kehidupan yang masing-masing kelompok masyarakatnya saling berdaulat meskipun terkadang saling berbenturan. Atau masyarakat yang seakan-akan damai karena mayoritas masyarakat digiring untuk mengakui satu model tata kehidupan yang sebenarnya membodohkan dan mengelabui.

Saya rasa kehidupan yang manusia-manusianya bisa berduel dengan jantan satu sama lain karena mempertahankan martabat hidupnya lebih berkesan ketimbang kehidupan manusia-manusia yang bingung dan ngetut kayak sekarang. Saking ngetutnya, maka setiap ada benturan tidak jelas alasannya. Tahu-tahu pada ikut sana, ikut sini. Kalau ndak ikut-ikutan dicap tidak punya pendirian. Ngekek tenan aku.

Juwiring, 15 Februari 2017

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.