Kedaulatan wilayah dan isinya itu sebenarnya salah satu hal penting yang keutuhannya harus dipertaruhkan dengan nyawa, dan itu bernilai jihad. Itu berlaku dalam skala mikro maupun makro.
Misalnya ada seorang di Solo yang tanahnya ogah diborong pengusaha sekalipun ditawari harga 1 miliar. Dia tidak mau seperti para tetangganya yang tergiur uang sehingga melego tanah yang menjadi tempat tinggal mereka. Baginya tanah yang ditempatinya adalah warisan leluhurnya dan ia akan mempertahankan kedaulatannya. Hingga sekarang beliau masih tetap tinggal di situ sekalipun kadang-kadang diintimidasi preman.
Maka jika tanah kita digusur, baik secara halus atas nama proyek maupun main paksa seperti yang dilakukan Ahok dan sebangsanya, atau oleh bandit brutal sekalipun, sebenarnya masyarakat kalau mau berjihad mempertahankannya sampai mati insya Allah syahid. Kasus Kedung Ombo dan yang baru-baru ini adalah perlawanan terhadap upaya pendirian pabrik semen di Kendeng adalah bentuk jihad rakyat dalam mempertahankan kedaulatan wilayah, sekalipun tokoh-tokoh Islam nasional tampaknya kurang tertarik mengambil peran di sana.
Nah bagaimana dengan kedaulatan negara kita, itu kan sebenarnya tanggung jawab pemerintah dan militer yang sudah diberi mandat rakyat untuk mempertahankannya. Maka lihatlah Freeport, Exxon, Newmont, dan semua perampok berdarah dingin itu. Mana nih jihadnya pemerintah dan militer, apa rakyat lagi yang harus berjihad sendiri. Lha terus fungsinya bikin negara itu buat apa ya? Sekedar patut-patut gitu ketimbang ditanyai tetangga dari negara lain? Hahaha.
Ngawen, 6 November 2016