Bertahan menggunakan akal sehat itu tidak gampang lho. Contohnya zaman sekarang. Kalau kita nggak terampil membawa diri di tengah masyarakat yang hidupnya penuh dengan mitos modern dan legenda klenik, bisa-bisa kita dicap orang gila.

Karena bagi orang sekarang apa yang disebut modern itu adalah hal waras. Padahal apa yang dilabeli modern itu, 90 % nya sebenarnya ya cuma mitos dan klenik. Yang dianggap klenik oleh orang modern saat ini sebenarnya kalau dipelajari benar-benar 90 % nya justru rasional.

Orang modern terlalu percaya dengan sekolah, sehingga tidak sekolah itu dianggap tidak waras. Padahal yang penting adalah belajar, Dan belajar yang holistik itu tidak akan dapat dipenuhi sekolah. Makanya sebagian mulai mengembangkan sekolah plus-plus. Sebagian kecil yang berani, pasti memilih hengkang dari sekolah dan menjalani tradisi nyantri.

Orang modern terlalu percaya dengan dokter dan pengobatan modern. Padahal sakit itu akibat dari pikiran yang tidak jujur sehingga menyebabkan pencernaan dan sistem syaraf mengalami dismanajemen. Ditambah dengan zat-zat yang masuk tidak sesuai porsi dan terkadang zat sintetis yang tidak alami. Sehingga kalau ada pengobatan alternatif yang hanya menggunakan sarana air, batu, dll buru-buru dicap syirik bahwa itu pasti bekerja sama dengan jin. Padahal mekanisme ruhani terkadang lebih ampuh ketimbang penanganan secara fisik.

Orang modern terlalu mempercayai materi sehingga kalau tidak bisa diobservasi dengan alat dan tidak dapat dibuktikan gejalanya secara materi maka dianggap takhayul. Padahal leluhur Jawa membuktikan bahwa mereka mampu membuat keris dengan bahan-bahan logam yang hari ini nyaris susah dicari karena tidak ada dimuka bumi. Bagaimana mereka mendatangkan itu semua dari langit? Karena masyarakat sekarang terjebak cara berpikir bahwa kalau menyimpan keris itu langsung dicap syirik, sehingga pusaka-pusaka mahal yang sebenarnya karya intelektual pada zaman dahulu itu dijual murah kepada pedagang.

Kini, peradaban modern ini dikuasai oleh para dukun. Yaitu orang-orang yang mengetahui tetapi menyembunyikan pengetahuannya. Lalu mereka memasang tarif sehingga mereka hanya akan memberikan pengetahuannya jika dibayar sesuai harga yang pantas. Sangat berbeda dengan tradisi kebegawanan manusia di masa dulu. Dan tahukah, zaman kegelapan adalah ketika para dukun berkuasa. Terutama adalah dukun-dukun ekonomi yang berhasil menyihir manusia sehingga percaya bahwa uang kertas itu berharga. Sehingga orang satu negara ini percaya bahwa Indonesia itu miskin sehingga harus hutang, padahal asetnya tak habis ditambang selama ratusan tahun oleh para penguasa asing.

Di tangan para dukun politik, bangsa ini begitu percaya bahwa demokrasi dengan pemilu langsung adalah mekanisme terbaik. Padahal dunia hewan pun tidak akan mengizinkan manipulasi semacam ini. Mereka hanya akan mengizinkan spesies yang terkuat di antara mereka yang layak menjadi penguasa. Lha di negeri ini, kok bisa-bisanya memilih orang-orang yang mencalonkan dirinya tanpa kita tahu reputasinya. Kok bisa-bisanya kita percaya pada sesuatu yang berada di luar akal sehat kita.

Yang bilang ini abad pencerahan, silahkan. Tapi semakin tahun, saya melihat fenomena kegelapan yang parah. Banjir informasi bukannya membuat pikiran masyarakat negeri ini cerah, tapi makin absurd. Tapi di tengah kegelapan ini, telah bermunculan generasi yang tercerahkan karena kesediannya untuk menggunakan akal sehat. Akal sehat adalah karunia Allah, yang dengannya kita akan mengerti agama, akan dibukakan pintu-pintu pengetahuan. Mereka tetap eksis, ketika kebanyakan manusia tidak lagi percaya dengan akal sehatnya karena lebih percaya dengan mitos dan kata-kata para dukun, terutama dukun ekonomi dan dukun politik.

Juwiring, 5 September 2017

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.