Saya berharap semoga nanti tentara dan polisi tidak didikotomikan seperti sekarang. Diadu domba untuk berbagai kepentingan sesat dan sesaat.
Meskipun banyak yang illfeel dengan tentara gara-gara kasus PKI 1965 dan orde baru, saya tetap hormat pada bapak-bapak tentara kita. Dan saya berharap konsep manunggaling TNI-masyarakat kembali dihidupkan sebagai warisan besarnya Panglima Besar Soedirman yang dahulu berhasil membangun sistem pertahanan rakyat semesta. Orde baru hanya sebentuk penyelewengan tugas tentara untuk kepentingan politik, tapi peran tentara untuk negeri ini jangan pernah diremehkan lagi. Bahwa ada oknum yang jahat, pasti lah namanya penyakit di setiap tempat ada. Tapi sebagian besar mereka, hampir keseluruhannya, siapa yang meragukan kesetiaan mereka pada NKRI? Urusan penanganan terorisme dan sejenisnya, kembalikan saja dong pada TNI.
Dan alangkah kerennya jika polisi tidak dibuat lembaga sendiri seperti sekarang. Mereka ditempatkan di bawah Kementerian Dalam Negeri untuk urusan keamanan sipil di bawah kendali Direktorat Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Sipil. Mereka tidak berseragam seperti sekarang yang kadang bikin hati deg-degan. Tetapi mereka berpakaian sipil, rapi, kadang memakai jas dan membawa lencana polisi. Mereka hadir di tengah-tengah kita sebagai kawan yang baik, bukan pemalak seperti oknum-oknumnya sekarang. Mereka menyusup ke segala lini masyarakat, terutama di dalam dunia gelap para pejabat untuk menangkap mereka yang korupsi dan suka beli-beli di hotel yang ada anu-anunya. Personil polisi tidak perlu banyak jumlahnya, tetapi kompeten karena mendapatkan pendidikan yang tinggi dan digaji dengan layak.
Lalu siapa yang jaga jalan dong? Yah itu mah gampang. Kementerian Perhubungan, khususnya Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kan bisa merekrut lulusan SMP/SMA untuk jadi satuan penjaga lalu lintas. Pembinaannya nanti dibantu TNI dan polisi. Masak polisi dididik secara khusus cuma suruh prat prit di pinggir jalan ngatur lalu lintas. Belum lagi mereka yang sudah ikhlas berjuang kayak gitu dikibuli sama oknum-oknum mereka yang kacau.
Ya, sebagai rakyat yang tidak punya suara dan tidak punya lembaga perwakilan khusus untuk pengaduan, apalagi saya cuma mengadukan imajinasi, ya saya tulis saja sebagai status di sini. Beneran ini cuma imajinasiku tentang NKRI dalam pikiran saya. Setidaknya saya menjadi bahagia karena tidak terlalu terganggu dengan kabar-kabar NKRI yang sekarang. Karena saya punya NKRI versi saya sendiri. Wkwkwkwk
Juwiring, 31 Maret 2016