Ini bukan tentang resensi Telenovela yang pernah menghiasi layar TPI awal tahun 2000-an atau SCTV tahun akhir 2005-an dalam dubbing bahasa Indonesia yang berjudul PAULINA, yang membuat saya waktu itu sering mencuri waktu pulang ke rumah demi bisa mengikuti serial-serial nya (satu-satunya Telenovela yang saya ikuti kisahnya), tapi ini tentang refleksi dari dinamika informasi yang telah menjadi berita dan dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat Indonesia.
Jika Indonesia ibarat rumah keluarga Bracho, maka seperti Paulina Martinez-lah nasib orang-orang yang hari ini “menyamar” menggantikan peran Paula Bracho. Menggantikan sosok yang seharusnya menjadi “ibu” atau kanjeng Ratu dalam kehidupan masyarakat Nusantara menuntut pengorbanan hidup secara totalitas. Sosok Paula yang sangat jahat mendadak menjadi sosok yang sangat baik karena digantikan orang lain. Sayangnya perbaikan itu justru dicurigai ada maksud yang tersembunyi sehingga setiap hari gadis cantik yang sudah akrab dengan kemiskinan dan dikhianati kekasihnya, menangis.
Hari ini musimnya pencitraan. Begitu akrabnya masyarakat dengan pencitraan sehingga mengenal yang asli itu bukan hal yang gampang lagi. Bahkan begitu masifnya, agama dan ilmu pengetahuan pun mulai dibangun dengan pencitraan. Korbannya adalah bangsa-bangsa yang terlanjur inferior, mereka tak lagi percaya diri dengan kebudayaan mereka sehingga harus rela dilupakan demi mengejar pengakuan bangsa lain bahwa kita bisa meniru mereka. Dan jika kita mulai menggali nilai-nilai kita, kita lantas dicurigai anti-modernitas. Sungguh ini bukan analogi tentang kisah LA USURPADORA tadi, tapi ini gambaran hari ini tentang kecenderungan manusia untuk mencari-cari yang terlihat baik, bukan yang asli lagi.
Sungguh negeri ini sudah dipenuhi pemimpin-pemimpin seperti Paula yang hanya suka bersenang-senang dan berpesta, serta selingkuh. Atau seperti Willy yang menikahi Estefania hanya demi mengejar uang dan merampok kekayaan keluarga itu. Lalu tak kalah pula banyaknya orang-orang profesional seperti Rodrigo dan Carlos Daniel yang kebingungan dan berkutat pada permasalahan segmen sehingga masalah pabrik keramik keluarga Bracho terancam bangkrut. Juga Gema yang suka mengajak selingkuh dan menyebarkan gosip. Apa jadinya? Para pembantu keluarga tersebut hanya bisa ngrasani di belakang, juga Patricia yang kemudian hanya memendam kesedihan tanpa mampu memecahkan masalahnya. Carlitos dan Lisette pun tak diurus dengan baik oleh Paula yang seharusnya menjadi ibu tiri mereka. Tentu sang ayah, Carlos Daniel tidak bisa dituntut, karena dalam budaya mereka peran pendidikan secara dominan jatuh sepenuhnya pada ibu. Bahkan sang tetua keluarga, nenek Piedad pun juga turut menderita karena kebiasaan minum alkohol bersama Paula.
Kehadiran Paulina, setelah ia dijebak oleh Paula sehingga mau tidak mau menggantikan perannya seolah-olah sebagai Kanjeng Ratu di keluarga tersebut membawa angin perubahan dari kondisi keluarga yang kacau itu. Perubahan “baik” yang terlihat direspon dengan kecurigaan, fitnah, dan serangkaian perlakuan yang membuat Paulina menderita menjalani hari-harinya. Hanya saja, kekuatan cinta-lah yang membuatnya bertahan. Ya, dia mulai mencintai anak-anak Paula juga suaminya sehingga ia tetap bertahan. Mulailah terjadi perubahan, pabrik yang hampir bangkrut mulai berbenah semakin membaik, nenek Piedad sembuh dari kecanduan alkohol dan kembali Lenggah Minandita memimpin keluarga Bracho yang sempat leaderless. Dan masih banyak perubahan yang dihadirkan oleh Paulina La Usurpadora.
Serial drama yang berjumlah 102 episode dengan 1 serial movie ini isinya cukup ruwet dengan konflik berlapis-lapis dengan tingkat kepentingan berbeda-beda. Sekedar simulai ruwetnya masalah Indonesia yang hari ini hampir “mustahil” untuk diatasi kecuali Allah mengirim LA USURPADORA entah dari wujud manusia yang ditakdirkan-Nya memimpin umat menuju kebangkitannya atau malaikat yang menyamar. Dan di pusaran keruwetan ini, untuk menjadi orang baik butuh keikhlasan. Bukan saja karena kebaikan yang diterima Allah itu butuh keikhlasan, tetapi kenyataannya memang harus siap dengan fitnah, ejekan, cacian, dicurigai macam-macam, dan segela perlakuan tidak menyenangkan secara fulltime.
Namun kita harus bergembira, bahwa penderitaan itu tidak selamanya, pasti ada akhirnya. Begitu pula dalam setiap kesulitan, selalu ada kemudahan di dalamnya. Paulina mungkin sedih-sedih senang, karena di tengah penderitaannya dia menemukan cinta yang akan mengantarkan kebahagiaan hidupnya di akhirnya, menyelamatkan dirinya dari kemiskinan, dan mendapatkan sebuah keluarga besar yang cukup terhormat. Keluarga Bracho adalah keluarga terhormat yang sifat dasar manusianya baik, tetapi dirusak oleh kehadiran Paula sebagai istri Carlos Daniel yang tak bertanggung jawab, juga Willy yang memperistri Estefania (anak angkat keluarga Bracho) demi merampok harta. Juga Gema yang hobinya mengadu domba ke sana kemari dan menggoda Carlos Daniel. Saat ketiganya hilang (Paula meninggal karena kecelakaan akibat ulahnya sendiri, Willy dijebloskan ke penjara, dan Gema diusir) kehidupan keluarga itu kembali tenang.
Lihatlah Indonesia kita ini, bukankah leluhur kita adalah bangsa yang sangat terhormat. Kita juga memiliki partner bangsa pendatang yang sudah seperti bangsa sendiri yang bahu membahu membangun peradaban ini. Mengapa kita hari ini merasa begitu rendah, terhina dan suka menghina-hinakan diri dengan membebek kebudayaan asing dalam gaya hidup hingga pola pikir. Kita mulai terpecah-pecah dari identitas leluhur kita sendiri, ada yang mulai bergaya Barat, ada yang bergaya Timur Tengah, bahkan ada yang mulai bergaya hewan karena tak lagi menggunakan akal dan hati sebagai manusia. Tidakkah kita ingin bangkit dengan otentisitas kita sebagai bangsa dan manusia Nusantara yang memiliki keluhuran dan ketinggian peradaban sebagaimana nenek moyang kita dahulu? Atau tetap dalam kegelapan cahaya dan fitnah pencitraan media seperti hari ini.
Saya tidak merekomendasikan Anda apa-apa soal serial telenovela ini. Jika Anda hanya ingin menonton kecantikan Gabriela Spanic, baik saat berwajah jelita namun jahat seperti Paula atau saat tampil anggun dan lembut dalam peran Paulina sebaiknya tidak perlu diteruskan, atau nanti seperti saya jadi mengoleksi dramanya sampai 6 keping DVD dalam bahasa Spanyol tanpa subtitle bahasa Inggris.
Semoga esai panjang ini bisa menginspirasi pembaca semua. Selamat pagi!
Surakarta, 20 April 2015