Membaca kasus TimTeng dan berbagai peristiwa di belahan dunia lainnya itu tergantung….

Tergantung sumber bacaanmu
Tergantung kualitas para informanmu
Tergantung keluasan jelajahmu
Tergantung kemampuan analisismu dalam memahami realitas dan fakta yang ada
Tergantung kecondongan dan ideologi yang tertancap di kepalamu
Tergantung kemampuan menafsirmu pada nubuwah akhir zaman

Perang akhir zaman memang akan terjadi, tetapi itu perang suci yang bentuknya seperti dinubuwatkan Nabi dengan kuda dan pedang. Di mana perang yang fair (head to head, face to face) akan terjadi. Perang tanding yang berimbang panglima dengan panglima, prajurit dengan prajurit. Tidak seperti sekarang yang delik-delikan beraninya pakai rudal dan pesawat tanpa awak, apalagi pakai akun abal-abal di medsos.

Sudahlah. Kalau ada yang datang dari Saudi, Yaman, Iran, Suriah, Mesir, Turki, katanya syaikh/ayatollah itu bercerita bahwa kasusnya begini begitu, tanyalah dulu, syaikh/ ayatollah itu apa posisinya sebagai apa dan kalibernya sebesar apa di percaturan kebudayaan dan politik di negara tersebut. Sesungguhnya kita hanya bisa menyerap sepenggal informasi, perlu kita olah dengan daya nalar dan analisis yang matang. Dan sudah sewajarnya, hasil olahan antar orang perorang bisa terjadi perbedaan, tergantung tingkat eksplorasi dan kecenderungan yang ada di pikirannya. Ra perlu rumangsa paling bener dan paling tahu. Kecuali kamu adalah asistennya Allah yang dititipi CCTV dan dokumen lauhil mahfudz untuk gegeran TimTeng sekarang.

Saya menyetatus ini bukan untuk apa-apa. Sayang sekali kan kalau kita di sini kerah terus-terusan. Udah kerah soal fikih yang sebenarnya domainnya ahli fikih. Kerah soal parpol dan ormas yang sebenarnya kita ndak untung-untung amat sekalipun menang, malah seringnya rugi. Kerah soal ini itu yang riweh, malah ditambah lagi kerah soal Timur Tengah yang tidak jelas. Yang jelas cuma satu, Israel merampas tanah Palestina, itu aja fokusnya, ga usah neka-neka turut ngendi-endi. Karena perampasan tanah itu menyangkut kepentingan teologis mereka. Lalu kita sudah ngapain? Bersatu? Paling banter kita sekarang baru solider untuk meringankan beban ekonomi saudara-saudara kita di Palestina.

Ini zamannya penuh penipuan informasi, apalagi dengan media audio visual yang sangat canggih. Yang mengandalkan mata, telinga, dan teori-teori empirik modern saja, pasti tertipu, pasti tertipu, pasti tertipu. Dan jika yang tertipu adalah seorang yang disegani dan dianuti ribuan orang, maka akan ada ribuan orang yang tertipu. Dan jika ribuan orang yang tertipu itu saling bersitegang satu sama lain, maka akan ada ribuan benih-benih konflik yang terjadi. Dan ….. lanjutkan sendiri.

Itulah mengapa umat yang hidup di akhir zaman, dijanjikan pahala yang berlipat-lipat. Karena distribusi dosa-dosa yang mengalir dan berkelindan di kehidupan sudah bertumpuk-tumpuk. Apa yang ndak ndlewer dosanya di pelimbahan kita. Ekonomi, full ribawi. Politik, di bawah kontrol Zionis. Kebudayaan, di bawah kendali materialisme. Agama, di bawah kepentingan ekonomi. Di tengah kegelapan hutan belantara yang sangat pekat gini, masih ada yang berani nyesat-nyesatke saudaranya. Lha apa kamu nggak?

Sudah, gitu aja. Turu ae lek.

Surakarta, 15 Maret 2016

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.