Judul-judul yang dibuat provokatif atas ceramah Cak Nun dan beberapa ulama anti-mainstream di YouTube itu menandakan betapa nafsunya orang-orang sekarang ngejar duit dan cari sensasi lewat dunia maya. Untung yang dibegitukan mereka, yang lisannya akan sangat susah untuk melaknat orang-orang yang tidak tahu diri semacam itu.
Hari ini Cak Nun kembali dikenal setelah lama dilupakan, karena memang beliau sejak dikecewakan di tahun 1998 oleh orang-orang yang berkhianat pada negeri dan bangsa Indonesia, beliau memilih berkeliling Indonesia mengajak masyarakat bershalawat. Meskipun bermunculan banyak album shalawat dari para artis yang mendadak bermusik syar’i kala itu, rakyat Indonesia tidak banyak yang tahu bahwa Cak Nun – Kiai Kanjeng adalah perintisnya.
Jadi ingat juga pernyataan salah satu guru saya, yang dulu demo di 1998 karena ketulusan jiwa menuntut keadilan pemerintah Orde Baru, kini kembali jadi kuli dan hidup di tengah rakyat. Yang dulu demo atas pesanan para sponsornya, kini bertengger menjadi generasi penerusnya. Apalagi di zaman 1998 yang bersedia mundur cuma rajanya. Yang jadi punggawanya, yang sudah menunggu kesempatan untuk korupsi akhirnya bernafas lega karena tidak ada lagi yang ditakuti. Mereka benar-benar leluasa mencuri.
Kini lembaga-lembaga negara kita dikuasai Orde Baru beneran, jika dulu mereka malu-malu karena ada Raja Jawa yang ampuh itu, sekarang tidak tahu malu lagi. Malah buka cabang, dari kuning, kini ada jingga, biru, merah, dll. Bila masih kurang, buka sub cabang di tempat warna kuning lainnya, hijau, dll. Bahkan Orde Baru yang lebih baru ini pun ganti nama dengan Reformasi. Memang tidak bohong, yang direformasi gaya korupsinya dan tingkat pencapaian korupsinya. Kata Pak Kwik Kian Gie, level korupsi kita sudah sampai pada Corruption Minded (bahasa Jawanya utek korup).
Periksa saja diri kita. Jangan-jangan kita sebenarnya juga bagian dari kaum Orde Baru yang lebih baru ini. Ngeriiii
Juwiring, 16 November 2016