Dari pilihan menguasai puncak pemerintahan agar negara dapat dikendalikan atau memperbaiki pemerintahan di desa-desa maksimal hingga kabupaten agar berdaulat sebagai negeri-negeri mandiri, jika melihat ancaman global yang sangat dahsyat seperti saat ini saya justru memilih opsi yang kedua.
Yang perlu dibangun adalah generasi muda yang bermartabat, yang bangga hidup di desa, dan kelak siap melawan gempuran kapitalisme yang sekarang sudah menyandera para politisi di tingkat pusat dan melakukan berbagai perselingkuhan jahat untuk menguasai negeri ini. Politisi-politisi kita yang baik disandera oleh para kapitalis yang bekerja sama dengan para politisi kita yang jahat dan berkhianat.
Beberapa area di negeri ini sudah dikavling-kavling seperti pizza untuk dieksploitasi para kapitalis raksasa. Tinggal menunggu momentum ketika ada kepala daerah hingga kepala desa yang bisa disuap untuk kemudian penduduk ditindas dengan mesin modal yang luar biasa besar itu. Karena TNI sudah dikandangkan dengan segala bentuk peraturan bahkan malah kadang bisa disewa, yang perlu dibangun adalah kesadaran rakyat untuk sewaktu-waktu melawan dengan diplomasi hingga angkat senjata untuk mempertahankan tanah-tanah mereka.
Dan inilah jihad yang sebenarnya jika para aktivis ormas Islam tertarik untuk mengambil peran. Terutama yang sering teriak-teriak takbir itu. Nggak apa-apa latihan perang asal bukan untuk menyerang. Sebarlah intel-intelmu di seantero tanah Nusantara untuk sewaktu-waktu membantu rakyat yang dikepung oleh para pengusaha rakus dan pejabat-pejabat yang berkhianat. Jika momentum penggusuran datang, datanglah dengan gagah berani melawan buldozer dan bersiaga di lokasi ketika negara secara sepihak membuat keputusan hukum yang menggusur hak-hak masyarakat.
Cuma saya sanksi, kasus eksploitasi Kendeng kok justru tidak banyak dikawal ormas garis keras ya. Dan sudah banyak tanah-tanah di berbagai kabupaten yang sudah dicaploki dengan memperalat orang-orang pribumi. Halo ormas Islam, ini tugas dakwah jika tidak ingin diambil alih oleh orang-orang yang dilabeli “kiri” atau nanti diselamatkan oleh salah satu faksi gerakan “kristenisasi” yang mengadvokasi warga. Jangan salahkan mereka jika itu akibat kelalaian umat Islam sendiri, lalu baper dan menuduh yang tidak-tidak.
Jika ada para romo/pastur atau orang-orang “kiri” yang berhasil mengalahkan para kapitalis dan pejabat yang berkhianat lewat perjuangan gigih mereka, apa pun motif mereka, tentu saya harus mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkan hak-hak kemanusiaan kita bersama. Jika kemudian rakyat memberi perhatian kepada mereka, itu akibat dari kelalaian umat Islam sendiri yang sibuk bertengkar di perkara-perkara yang sebenarnya sudah selesai sejak zaman ulama-ulama salaf dan sibuk rebutan kursi kekuasaan semata.
Juwiring, 14 November 2016