Ini bukan pemikiran sekuler lho ya, yang namanya pemilu dan aktivitas politik itu ya perencanaannya manusiawi. Artinya kalkulasinya ya mirip orang judi itu, ada statistiknya, ada penghitungan potensi-potensinya.

Kan kerangka berpikir masyarakat saat ini dikunci dan dibodohkan dengan metode bahwa pemimpin (hanya bisa) dipilih dengan cara pemilu kan, ya aturan mainnya kayak tadi. Kalau perlu ada curang-curangnya seperti black campaign, tebar duit, serangan fajar, dan sebagainya. Makanya jangan terlalu ngelamun nanti malaikat Jibril datang terus menyulap hitungan KPU sehingga calon idamanmu menang. Hahaha

Kecuali, cara memilih pemimpinnya melibatkan Allah sejak awal. Orang-orang yang zuhud didengarkan pendapatnya, alam dilihat reaksinya, hewan-hewan dimintai perannya, misalnya para calon dikirim ke kebun binatang atau hutan rimba, mana yang berhasil pulang dengan selamat, itulah yang kita pilih.

Kalau kepemimpinan dipersiapkan dengan sangat serius, ya nanti kita bisa dapat pemimpin yang keren sekali. Tapi kalau tiap 5 tahun mainannya demokrasi versi Amerika Serikat semacam ini ya tidak perlu heran jika yang terpilih ya begitu-begitu aja. Wong nyeleksinya cuma sehari, sedetik malah, setiap orang disuruh nyoblos. Padahal yang nyoblos embuh juga soal para calonnya. Hahaha.

Makanya, nggak usah kecewa-kecewa banget. Yo cen ngono kuwi. Arep mbok tuntut sing kepriye meneh. Jangan nuntut yang berat-berat, apalagi suruh menanggung seluruh hajat hidup masyarakat harus begini begitu. Lha wong mereka belum tentu teruji hidup survival, kok disuruh empati pada persoalan rakyat. Apalagi rakyat sing milih mereka muk butuh waktu sedetik, crusssss (bunyi paku tembus gabus) pas pemilu sehari itu. Padahal pada waktu sebelumnya 99 % rakyat pasti belum sempat ngetes kemampuan para pemimpin yang mereka coblos gambarnya sedetik itu kan. Hahaha

Juwiring, 16 September 2016

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.