Islam dan materialisme itu adalah dua hal yang paradoks, sangat bertolak belakang. Islam menawarkan konsep kehidupan yang bersifat ruhaniyah kualitatif. Sedangkan materialisme menawarkan kehidupan yang bersifat jasadiyah kuantitatif.
Islam murni dengan keutuhan ajarannya. Sayangnya hari ini disempitkan hanya menjadi urusan fikih dan itupun masih dikisruhkan oleh pertentangan antar madzhabnya. Sementara materialisme telah melahirkan banyak derivatnya di berbagai bidang seperti kapitalisme, komunisme, sekularisme, feminisme, dan berbagai -isme yang bersifat antitesis terhadap kemaslahatan yang ditawarkan Islam.
Makanya dalam hidup ini setiap kita diuji untuk bersikap tegas, memilih Islam atau materialisme. Tidak mungkin mencampur kedua-duanya, karena keduanya sangat bertolak belakang. Jika kita memilih Islam, maka harus siap menghadapi gempuran materialisme. Jika memilih materialisme, mungkin Anda bisa memperalat Islam untuk memuluskan kepentingan materialisme Anda. Dari kedua kemungkinan itu, sekarang semakin terlihat bahwa kutub materialisme lebih banyak dipilih, karena bersamaan dengan itu Islam masih bisa digunakan untuk memuluskan kepentingannya.
Dengan pergeseran paradigma ini, perlahan tapi pasti Allah akan menunjukkan haq sebagai haq dan batil sebagai batil. Karena seiring berjalannya waktu, nafsu materialisme akan menyingkap isi hati setiap orang dengan sangat terang. Bagi yang mencari cahaya Islam, pasti akan ditunjukkan bahwa Islam bukanlah hal-hal yang selama ini semata-mata dicirikan oleh simbol-simbol fisik yang menipu mata lahir. Allah akan bukakan dengan seterang-terangnya. Karena Dialah Nur alaa Nur.
Juwiring, 18 Agustus 2016