Waktu mengikuti kajian Buya Yahya, saya mendengar beliau mengutip perkataan seorang alim bahwa sebuah dalil terkadang menimbulkan bahaya bagi orang yang waton menggunakannya.

Saya menyadari hal itu, apalagi dengan kemampuan saya soal ilmu alat yang cethek. Sehingga pernyataan tafsir saya atas al Quran, pernyataan fikih, maupun hal-hal yang sering saya statuskan, jelas kadar legitimasinya sangat rendah. Saya berlindung kepada Allah dari para pembaca status saya yang nggumunan dan suka mengadudombakan status saya dengan status orang lain.

Saya pun setiap mempelajari tulisan dan wejangan orang lain, yang sambil saya lakukan adalah kepo dia sedetil mungkin, karena itu penting untuk membantu saya memercayai apa yang dia tulis, selain tentu saja memohon pertolongan Allah agar diberi cahaya sehingga bisa memilih dan memilah informasi mana yang bermanfaat dan mana yang kemudian saya tinggalkan.

Nah, problemnya kebanyakan orang hari ini (termasuk saya) tidak memiliki kesadaran anatomi atas sebuah informasi, tidak mengerti proporsi kepentingan atas sebuah informasi, dan suka mengambil alih peran Allah dalam komunikasi. Karena do sering ng-Gusti-Allah-i dhewe-dhewe, tidak heran jika kajian Islam yang sedang marak hari ini belum efektif mencerahkan pikiran umat, malah kadang justru melahirkan faksi-faksi Islam. Apalagi ini hari baik untuk jualan. Semakin banyak faksi, semakin terdiferensiasi pasarnya, semakin banyak peluangnya.

Yang lebih mudah dilihat, pengajian Islam kebanyakan masih lebih banyak membantu sebagian umat agar lancar bisnisnya (kan pengajian itu bikin ada pemusatan massa, jadi orang bisa jualan), lancar menuju kursi kekuasaannya, dan lancar dalam mengejar target-target duniawinya. Saya tidak nyinyir lho, karena bisnis lancar, ada pejabat Islam, dan punya orang-orang penting dari kalangan umat Islam juga banyak memberi manfaat, meski sewaktu-waktu juga harus siap jika mereka nanti menjadi mudharatnya umat. Namanya juga manusia, yo ngono kuwi to, ada baiknya, ada buruknya.

Makanya, yuk terus berpetualang. Jangan ngececeng terus, itu menyeramkan. Hidup itu ya mulur mungkret.

Juwiring, 14 Juli 2016

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.