Hasil ngangsu kawruh kemarin pagi menjelang siang dalam sebuah silaturahim,
1. Jangan mengelabui konflik jika memang ada, bukalah seterang-terangnya runut masalahnya dan selesaikan, karena konflik yang dibuat seakan-akan tak ada konflik justru menyuburkan dendam dan perang dingin. Jujurlah, karena dalam sejarah memang selalu ada cerita perang, tapi janganlah sekali-kali menyelesaikan konflik pendahulumu dengan cara-cara pertumpahan darah yang sama.
2. Ketidaktahuan tidak sama dengan ketiadaan. Saat kita belum memahami hakikat sesuatu hal karena kebodohan kita, jangan pernah katakan bahwa hal itu tidak ada. Katakan sesuatu tidak ada jika memang ada keterangan yang terang dari Allah bahwa itu tidak ada. Jika engkau belum tahu, jangan berani-beraninya mengatakan itu tidak ada.
3. Cara pandang empiris-modern-materialistik dan metode beragama yang praktis macam sekarang membuat kita tidak bisa memahami peristiwa di luar pemahaman rasional dan cenderung tendensius. Cara pandang semacam ini mengkerdilkan pemahaman kita pada syumuliyatul (kemenyeluruhan) nilai-nilai Islam dan menumbuhkan ekstrimisme dalam beragama, bermodal semangat tetapi mengalami kesalahan logika berpikir kekeringan jiwa karena tak pernah diolah dengan laku ruhani. Segala-galanya hanya diacukan semata-mata pada hukum-hukum (fiqih) sehingga tidak ada lagi sebuah upaya pendalaman dengan mata hati.
Surakarta, 18 Juni 2015