Masak iya kemandirian bangsa diserahkan pada para politikus. Wong mereka saja ketergantungan suara dan hak keuangan.

Sejak dulu, kemandirian bangsa itu ada di tangan petani, nelayan, pedagang kecil, dan rakyat yang terus menerus bekerja dengan gigih.

Maka, sebenarnya tugas pemerintah itu kan janjane tidak berat-berat amat. Cuma memastikan agar petani tetap bisa bertani dengan bibit terbaik, pupuk terbaik, dan tentu saja tanah, air, dan udara yang bersih kan.

Juga memastikan nelayan melaut di laut yang tidak banyak sampah plastiknya, tidak dilewati tongkang batu bara, yang masih cantik terumbu karangnya sehingga banyak ikan-ikan yang datang bermain untuk secara siklus dijaring para nelayan itu.

Demikian pula para pedagang kecil yang gigih memindahkan barang-barang dari satu daerah ke daerah lainnya. Mereka mengambil untung sebanding dengan kapasitas mereka memindahkan barang itu dari kawasan produsen ke kawasan konsumennya. Mereka berdagang dengan hitungan yang sederhana, kulakan harga 100, dijual harga 120.

Nah, pemerintah itu kan janjane memastikan agar perputaran itu berjalan normal, tidak ada perampokan, tidak ada monopoli, dan dengan jasa itu pemerintah bisa narik pajak kepada mereka semua sesuai dengan kemampuannya. Nggak usah repot-repot bikin acara yang lain to ya. Penak kan asline dadi pemerintah itu.

Entah gimana ya, kok sekarang pemerintah itu memposisikan rakyat seolah-olah kayak hewan kandangan. Dan pelan-pelan sebagian rakyat mulai senang juga dikandangkan, dikasih makan pemerintah, dan akhirnya ketergantungan. Ada pemilu aja, udah kayak mau hari raya.

Surakarta, 2 Mei 2019

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.