Jebolnya anggaran BPJS adalah bahan manis untuk menyerang pemerintah, siapa pun presidennya yang berkuasa. Kalau pemerintahnya tidak pinter menutupi dan memanipulasi hal ini, ya pasti akan diserang oposisinya, termasuk rakyat zaman now yang rajin mengambil peran sebagai oposisi.
Padahal problemnya kan memang di hitung-hitungannya yang tidak sesuai dengan realitas. Di samping itu banyak pengguna BPJS yang daftar untuk mencari klaim biayanya saja tanpa mau setoran rutin. Dan itu jelas merugikan pengguna BPJS lain yang rajin setor. Dan masih banyak lagi problem layanan yang memang khas birokrasi Indonesia.
Tapi yang memang paling simpel adalah menyalahkan pemerintah. Ya karena memang banyak oknum pemerintah yang jahat. Semoga para pegawai pemerintah yang tulus mengabdi bisa berlapang dada meladeni serangan-serangan yang menyakitkan di zaman medsos ini.
Saya lebih memilih untuk menjaga pola hidup sehat. Semoga Allah menjauhkan diri saya dan orang-orang yang saya cintai dari rumah sakit. Semoga setiap sakit yang diberikan-Nya diberi jalan kesembuhan melalui pintu-Nya yang lain seperti air putih, makanan alami, sedekah, dan berbagai amalan kebaikan lainnya. Setidaknya dengan menjaga perut agar selalu lapar setiap hari asal tidak kelaparan justru akan membuat ketahanan tubuh selalu terjaga.
Rasulullah dan para sahabat selalu menjaga perutnya agar tidak kekenyangan. Bila perlu selalu lapar asal tidak kelaparan. Beliau lebih suka memakan produk lokal (kurma Ajwa Madinah dan daging kambing dari masyarakat Badui). Konon itu, menjaga beliau sehingga selalu sehat. Jika ini dijalani seluruh bangsa Indonesia dengan kembali ke makanan lokalnya dan tidak kemaruk, insya Allah kita tidak akan kekurangan stok pangan dan tidak akan mengalami kompleksitas masalah seperti hari ini.
Tapi apa do percaya bahwa hidup itu janjane ra perlu kakehan gaya? Wong hari ini sebisa-bisa hidup itu ya nggaya sak pol-pole. Lha itu masalahnya, akhirnya njungkel sendiri.
Juwiring, 1 November 2017