Karena cara berbahasa kita sejak pemberlakuan politik etis diubah dari pola rasa dan makna (lebih menekankan pada semantik) ke bentuk struktural (gramatikal SPOK) maka hal-hal yang menyangkut cara hidup kita mengikuti gaya filsafat strukturalisme yang merupakan salah satu anak kandung materialisme. Sebelum ada politik etis, kita memang sering dianiaya kompeni dan para pribumi yang jadi anteknya kompeni, tapi pola pikir kita masih selamat karena belum dirusak sistem pendidikan Barat semacam itu.
Karena apa-apa struktural dan formal, maka sesungguh apa pun engkau menulis tentang sesuatu hal tapi jika salah menurut pakem, maka siap-siap dikomentari, “bagus sih, tapi formatmu salah”. Sebagaimana kita punya ide-ide cemerlang dan aksi-aksi kreatif terkait perbaikan masyarakat lalu disodorkan ke birokrat akan dikomentari, “ya sebenarnya itu bagus, tapi aturannya tidak begitu.” Hingga ketika ketemu politisi dan disampaikan apa yang menjadi olah pikir dan rasa bertahun-tahun, sang politisi akan bilang, “iya itu bagus idenya, tapi tidak laku untuk menjaring konstituen.” Makanya, berharaplah pada Allah, jangan berharap pada manusia yang cara berpikirnya struktural semacam itu.
Maka dari itu bersyukurlah jika saat ini kita bisa hidup dalam pola pikir yang merdeka sesuai garis para leluhur kita. Cara berpikir yang strukturalis semacam ini juga mencelakakan umat Islam dalam memahami al Quran. Karena kitab seagung itu sekarang benar-benar dilecehkan, tidak hanya oleh Ahok, tapi oleh umat Islam yang hobi debat dan eyel-eyelan pada perkara-perkara yang dangkal. Seolah-olah al Quran itu cuma rangkaian kalimat berbahasa Arab biasa yang penafsirannya sak klek versinya sendiri, yang lain dihukumi salah. Karena jengah dengan eyel-eyelan ayat semacam itu, muncul golongan ekstrim lainnya yang bilang bahwa yang bisa menafsirkan al Quran cuma Allah. Gemblung.
Dan sekarang kita sedang kuat-kuatan bertahan untuk konsisten dengan cara berpikir semacam ini. Semakin kita kokoh dengan warisan-warisan leluhur kita yang tidak kasat mata ini, maka kita pasti tidak gampang masuk angin.
Juwiring, 1 November 2016