Mempelajari ilmu eskatologi Islam akan memudahkan umat Islam bersatu dan membuat prioritas-prioritas tindakan yang mampu dilakukan. Dengan pendekatan eskatologi, umat Islam belajar mengidentifikasi siapa musuh sejati dalam peradaban ini dan menemukan berbagai kerusakan cara berpikir sehingga potensi ribut soal remeh temeh dan rebutan kursi kekuasaan tidak segencar sekarang.
Dengan belajar eskatologi Islam, umat Islam kembali menemukan adab-adab kehidupannya yang telah ditinggalkan, mengembangkan sains yang sesuai rasionalitas kebutuhan hidup, serta membangun kebudayaan yang mandiri dan bertauhid. Bagi umat Islam yang belajar eskatologi, negara tidak menjadi urusan primer, karena tatanan negara akan selalu berubah secara berkala dan akan hancur pada saatnya.
Khusus bagi bangsa Indonesia, yang terpenting adalah menghayati dan menjalankan Pancasila dan UUD 1945 sebelum amandemen sesuai tujuan dirumuskannya oleh para ulama dan tokoh bangsa lainnya. Kedua dustur itu sebenarnya sudah mencukupi untuk umat Islam menjadi pemimpin peradaban bersama umat beragama lain di Indonesia seandainya dijalankan dengan konsekuen. Jika Indonesia yang memimpin dunia, lain ceritanya dengan gaya Amerika Serikat yang dikit-dikit gebuk dan sikat mirip gubernur DKI Jakarta sekarang.
Tapi kita terlanjur menjadi umat penyembah negara seperti negeri-negeri lain sehingga Pancasila dan UUD 1945 dikhianati ramai-ramai. Penerapan sistem demokrasi ala AS dan penerapan ekonomi liberal adalah pengkhianatan yang paling nyata dari dustur kita. Dan sejak orde baru kita terbiasa dalam berbagai kemunafikan sistemik, dimana bentuk formal lebih diutamakan dari pada substansinya, hatta dalam urusan agama sekalipun. Cobalah untuk mempelajari eskatologi Islam, baca dengan pendekatan yang komprehensif, jangan sekedar tekstual.
Juwiring, 1 November 2016