Peristiwa yang luput disadari umat Islam adalah ketika bangsa Eropa yang semula mudah ditaklukkan meskipun mereka berkoalisi besar-besaran menggempur kekuasaan Islam untuk merebut Yerusalem, tiba-tiba memiliki sebuah kekuatan besar yang tak terkalahkan untuk menguasai dunia. Peristiwa itu ditandai dengan hancurnya pusat kekuasaan Islam di Spanyol (Andalusia). Di sisi timur, bangkit pula kekuatan besar yang tak terduga yakni bangsa Mongol yang menghancurkan Baghdad. Keruntuhan dua pusat kebudayaan Islam itu membuat umat Islam kehilangan segala warisan ilmu pengetahuan sehingga perdebatan fikih mengemuka dan mendominasi.
Sementara, bangsa Eropa yang berhasil menaklukkan penguasa terakhir Andalusia berhasil menguasai berbagai khazanah pengetahuan yang memicu lahirnya Perang Salib III di Eropa di kemudian hari, yakni perang sesama penganut Kristen. Eropa memasuki abad pencerahan, tapi uniknya, mereka tidak seperti umat Islam yang memadukan agama dengan ilmu pengetahuan, tetapi justru mematikan agama dan dominasi gereja. Perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa didasari oleh filsafat materialisme, yang otomatis menafikan keberadaan Tuhan alias atheis. Karena orientasi materi masyarakat Eropa baru sangat kuat, maka mereka memiliki ambisi menaklukkan dunia untuk saling berlomba memperkaya diri masing-masing. Terlebih mereka memiliki dendam terhadap umat Islam, meskipun mereka sebenarnya juga dendam dengan gereja yang sering bertentangan dengan kehendak sains modern.
Salah satu buah dari filsafat materialisme adalah lahirnya ideologi kapitalisme. Ideologi ini terkait dengan praktik ekonomi di mana setiap orang berhak untuk mengumpulkan kekayaaan dan memiliki aset sebesar-besarnya. Pertarungan ini diatur oleh hukum pasar yang pada praktiknya tidak jauh beda dengan hukum perhewanan, yang kuat akan menindas yang lemah. Ideologi ini cukup menggiurkan bagi siapa pun yang hidupnya dipenuhi nafsu untuk kaya dan berkelimpahan harta. Ideologi ini tumbuh bersamaan dengan semakin lunturnya semangat jihad umat Islam, karena terlalu lama dalam posisi makmur dan berkelimpahan harta. Sejak kejatuhan Baghdad dan Andalusia, generator peradaban ilmu menjadi mati. Yang tertinggal adalah perdebatan fikih yang selalu berulang dari masa ke masa, hingga masa kini.
Dalam situasi yang lengah, karena para ulama terlalu sibuk berdebat fikih, maka sebuah peristiwa praktik riba modern terjadi. Menurut banyak literasi, ide lahirnya uang kertas adalah gagasan cemerlang Dajjali setelah pendekatan riba klasik tidak berhasil. Ide uang kertas berawal dari adanya jasa penitipan emas yang bukti kepemilikannya diganti dengan semacam kuitansi/cek. Secara resmi praktik itu konon dimulai oleh Bank of England yang berdiri di Inggris. Karena peredaran kuitansi itu semakin banyak, lama-lama terjadi manipulasi dimana kuitansi yang beredar tidak semuanya dijamin oleh emas. Artinya dari semua kuitansi yang beredar ada banyak kuitansi yang tidak berjaminan emas, alias tidak dapat dicairkan. Karena perhitungan para pemain riba ini sangat logis, yakni orang semakin suka yang praktis sehingga hanya sedikit yang akan menyairkan kembali kuitansinya dalam bentuk emas. Peristiwa ini lengah diwaspadai umat Islam sehingga ketika memasuki kalangan umat Islam, umat Islam susah disembuhkan. Disamping karena nafsu ingin kayaknya tak terkendali, akalnya pun sudah rusak oleh berbagai benda-benda haram seperti minuman keras dan candu.
Konsep uang gaya baru ini beserta ideologi kapitalismenya kemudian dibawa oleh negara-negara Eropa ke seluruh penjuru dunia. Setelah mereka capek saling berperang, negara-negara eropa memilih bersaing menguasai dunia dengan membawa berbagai ideologi sesat itu. Masyarakat-masyarakat yang masih hidup dalam nuansa tradisional, baik yang telah tersentuh Islam maupun belum secara umum hanya mengenal hidup secara komunal. Mereka tidak mengenal adanya konsep kepemilikan dan kekayaan seperti dalam doktrin kapitalisme. Mereka hanya mengenal ketaatan dan bakti kepada pemimpin dan alam. Tetapi sejak kedatangan bangsa kolonial ini, mereka mengalami interaksi dan pemahaman baru. Sebagian tertarik dengan kapitalisme sehingga mereka mulai mengenal kepemilikan pribadi dan mau berkhianat kepada kaumnya. Maka metode pecah belah terjadi. Tentu saja kaum kolonial akan mendukung para pengkhianat itu kemudian mereka menjadi raja-raja boneka.
Kolonialisme terus berjalan. Satu persatu wilayah kekuasaan Islam pun digerogoti dan dicaplok kaum kolonial. Penyebabnya selalu dari dua sisi, yakni pengkhianatan umat Islam yang tergiur harta dan kelengahan para pemimpin Islam akibat bersaing untuk menjadi penguasa dan meraih kepercayaan publik. Ketika Turki Utsmani berkuasa menjadi penerus Abbasiyah, ada kekuasaan Islam di bumi lain yang sifatnya subordinatif dan ada yang anti. Misalnya kekuasaan di Persia yang didominasi Syiah memilih berlawanan dengan Turki, demikian pula Imperium Moghul India, memilih tidak tunduk pada Turki. Cuma kawasan Nusantara saja yang mau berkorespondensi sebagai bagian terjauh dari kekhalifahan Islam. Semakin lama umat Islam semakin dilemahkan dan tercerai berai. Dan akhirnya umat Islam diseluruh dunia memasuki babak baru, yakni abad kolonialisme. Kekuatan Eropa yang berhasil membungkam gereja mereka sendiri, menaklukkan dunia Islam juga.
(bersambung)
Juwiring, 6 Oktober 2016