Di antara negeri2 Islam, Turki memang paling siap menghadapi serangan postmodernisme Barat. Kemegahan sejarahnya sebagai raja diraja dunia selama berabad-abad masih mendarah daging di benak generasi Turki kini. Inilah titik yang diambil para pemimpin AK Party, mereka berangkat dari sejarah yang benar, menjawab kekecewaan masyarakat yang hampir 100 tahun tidak berkembang sejak kemaharajaan Islam itu dihapuskan. Saya melihat semangat orang2 Turki ketika di Jerman begitu luar biasa.

Di negeri2 Islam yang lain kini banyak disibukkan perang saudara yang tak berkesudahan. Apa pun latar belakangnya, yang terlihat jelas adalah kembalinya era jahiliyah di zaman pra Islam dimana persaingan klan karena motif ekonomi dan politik terlihat jelas. Maka jangankan bersatu membebaskan Palestina, membentuk pan-Arab saja sudah tangeh lamun. Lha gimana membentuk pan Arab, wong membangun negara yang stabil saja sudah terlihat makin mustahil. Perang demi perang berkecamuk, dan aroma kemarahan terus membahana.

Di kawasan Hindustan, umat Islam tak kalah susahnya. Di kawasan bekas Uni Soviet, mereka sedang merangkak bangkit mengais akar sejarahnya. Karena kata mas Agustinus Wibowo saat ini negara -stan2 itu hidup dalam ingatan sejarah yang dikarang oleh Rusia, bukan dari akar peradaban mereka. Bagaimana dengan Asia Tenggara? Nusantara masih seperti ini kan. Bingung juga menjelaskannya. Silahkan dinilai sendiri. Tapi tolong, jangan terobsesi untuk mengcopy Turki. Kita sama2 punya komitmen besar menjayakan nilai2 Islam agar dapat menyejahterakan kehidupan. Tapi kita punya warna sendiri, mari rumuskan dengan benar. Jangan ting clepret seperti sekarang.

Surakarta, 30 Mei 2015

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.