Yang jarang diungkap ke publik adalah bahwa para penguasa itu dalam tradisi kekuasaannya itu menggunakan simbol-simbol pusaka.

Kalau di Jawa, semakin seorang raja memiliki pusaka yang pamornya paling bagus dan dikenal orang seantero Jawa, dia bisa menjadi raja besar. Kalau ingin gantian tampil jadi raja besar, taklukkan raja itu dan miliki pusakanya.

Demikian pula ketika kekuasaan Islam menjadi kerajaan. Mengapa penguasa-penguasa wilayah tidak bisa menjadi raja besar dan mendaku khalifah? Ya karena mereka tidak memiliki pusaka-pusaka penting peninggalan Rasulullah, seperti helai rambut beliau, jubah, pedang dll. Begitu mereka berhasil merebut, maka mereka akan menjadi khalifah baru.

Jadi kalau mau bicara klenik-klenikan, di mana-mana raja dan para penguasa ya begitu. Bahkan hingga hari ini, mengapa Bung Karno, Pak Harto, dan orang-orang Jawa yang bisa menjadi puncak penguasa di Indonesia? Apa sekedar menggunakan cara berpikir bahwa karena orang Jawa terbanyak? Tak adakah faktor tradisi penguasa yang sangat menuhankan pusaka-pusaka itu?

Itulah mengapa ketika nilai-nilai Islam masih tegak di bumi, pamor para penguasa itu tidak pernah bisa melebihinya. Meskipun pada zaman khalifah-khalifah itu masih berkuasa, mereka tetap kalah pamor dengan sinar ilmu yang dibawa para ulama. Itulah mengapa seorang Ahmad bin Hanbal bisa mengguncangkan Baghdad ketika ratusan ulama takluk di tangan khalifah. Ia tetap tegak dengan sinar tauhidnya.

Demikian pula di seantero dunia Islam, sinar para ulama pamornya jauh mengungguli pusaka-pusaka yang dipegang para raja. Itulah mengapa meskipun Sunan Giri hanya memiliki wilayah di bukit Giri, tapi pamor ilmunya bisa menyinari Nusantara. Karena dari pengajaran beliau lah, generasi raja-raja Islam generasi awal dalam jaringan pasca Majapahit dan ulama-ulama penerus generasi Malaka dikader.

Hari ini, umat Islam sedang mengalami masa jumudnya karena menuhankan pamor-pamor pusaka fisik tapi lupa kandungan ilmu di dalamnya. Mereka sering terjebak dan memperdagangkan hal-hal fisik yang diwariskan pendahulunya. Bahkan Mekah dan Madinah sekarang dijual semurah-murahnya untuk menjadi sebuah destinasi wisata ruhani sejak direbut dari penguasa terakhir umat Islam. Sungguh penghinaan pusaka paling menyakitkan bagi yang memahami harga diri.

Bagaimana Allah akan menurunkan pertolongan kepada ratusan juta umat Islam yang tahunya cuma jualan dan menumpuk kekayaan sambil bertengkar adu benar-benaran soal versi tafsir tanpa mengerti adabnya? Apalagi masih sering memperburuk citra Islam dengan akhlak buruknya yang tidak cinta kebersihan, ikut-ikutan merusak alam, dan turut menyuburkan riba.

Kegelapan yang menyelimuti kita sedemikian pekatnya. Sehingga sinar-sinar ilmu yang tersisa dari para ulama tak bisa kita mengerti. Itupun kalau ada sinar kemilau kita tidak tertarik untuk mengambilnya, melainkan dijual murah. Maklum, tarif listrik mahal. Lumayan kan kalau dapat gratisan, apalagi laku dijual. Hahaha

Surakarta, 4 Januari 2018

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.