Terkadang bersabar dan mengalah demi persatuan memang terpaksa harus dipilih. Ingatlah ketika para penguasa Arab berhasil dihasut dan mau berkoalisi dengan Inggris, mereka justru bersekutu untuk menghancurkan pasukan Turki Utsmani hingga akhirnya Inggris berkuasa di bumi Syam dan mendirikan negara Israel seiring dengan dihapuskannya kekhalifahan Turki oleh gerakan nasionalis sekuler.
Dan hari ini perilaku yang sama diulang kembali kepada negeri-negeri Arab yang pemimpinnya kebetulan tidak disukai Amerika Serikat dan sekutunya. Setelah media-media membusukkan namanya, orang-orang di setiap negeri diprovokasi untuk menumbangkan pemimpinnya sendiri. Mereka bersedia menerima bantuan senjata dari pihak luar dan percaya bahwa apa yang mereka lakukan adalah Jihad.
Mengapa Saudi Arabia tidak terkena Arab Springs? Jangan mencari-cari pembelaan apa pun. Negeri itu tidak perlu Arab Springs karena sejak mencaplok Hijjaz dan menguasai Haramain maka sadarilah bahwa negeri itu sebenarnya tak ada bedanya dengan negara republik yang lain sekalipun formatnya kerajaan. Karena setelah berabad-abad umat Islam bebas tinggal di jantung spiritualnya tanpa adanya berbagai tekanan sosial, madzhab, hingga aneka pungutan, kini umat Islam non Arab Saudi diperlakukan sebagai orang asing yang dibatasi waktu tinggalnya dan dikenakan berbagai administrasi yang tidak pernah dilakukan penguasa muslim sebelumnya atas tanah Hijjaz.
Jika umat Islam hari ini sadar tentang hal itu maka tentunya bisa bersatu menyuarakan tuntutannya secara terhormat untuk memerdekakan Haramain dan dikelola secara bersama-sama oleh semua perwakilan umat Islam. Dan jangan mengulangi apa yang dilakukan Hajaj bin Yusuf yang menaklukkan Mekah dengan menghancurkannya hanya demi memenggal kepala sang penguasa lokal, Abdullah bin Zubair. Kita merdekakan kembali kedua tanah suci itu dengan cara-cara yang elegan dan terhormat.
Juwiring, 4 November 2016