Dalam hidup kita, pasti ada dua hal yang melekat dalam pikiran kita, yaitu apa-apa yang kita merasa mengetahuinya dan apa-apa yang kita merasa tidak mengetahuinya.
Untuk perkara yang kita merasa tidak mengetahuinya, maka masalahnya lebih mudah karena kita akan mengucapkan, “saya tidak tahu” dan jika ada kesempatan maka kita akan belajar agar mengetahui.
Yang perlu kita perhatikan adalah perkara yang kita merasa mengetahuinya. Inilah ruang yang seringkali menjebak kita sendiri ke jurang ilusi yang membahayakan keselamatan kehidupan kita.
Mari kita timbang dari semua hal yang kita merasa mengetahuinya. Berapa persen perkara yang kita merasa mengetahuinya dan itu merupakan pengalaman otentik kehidupan kita yang dengannya Allah mengaruniakan keyakinan kepada kita atas pengetahuan itu? 20% 10% 5% atau malah lebih kecil dari itu.
Kemudian mari kita periksa perkara yang kita merasa mengetahuinya tetapi masih belum sampai taraf keyakinan kita yang hakiki. Mungkin karena sumbernya tidak valid, tingkat pemahaman kita tidak meyakinkan, atau malah itu hanya selentingan gosip yang terdengar di telinga kita tanpa sengaja.
Nah perkara yang terakhir itulah jebakan mematikan dan pusat segala kerusakan dalam rumusan perjalanan kehidupan kita. Hari ini lingkaran kehidupan manusia tidak jauh dari perkara-perkara yang sebenarnya tidak jelas semacam itu. Itulah ilusi pengetahuan yang kerap menyesatkan pikiran kita karena terlanjur kita yakini sebagai pengetahuan.
Jadi, hidup ini ternyata butuh banyak perenungan agar kita tidak terlampau sesat dalam memahami informasi dan tidak gegabah dalam menyebar berbagai informasi.
Surakarta, 20 Februari 2015