Yang bikin perut mulas itu adalah pembahasan yang mendadak sok sadar intelejen. Lalu dikait-kaitkanlah segala hal ini dengan urusan intelijen. Bener, saya ketawa sampai mulas-mulas kalau lihat sebar sebur broadcast preketek semacam itu.
Ya kalau di era digital yang semua sudah terkoneksi ini mah soal intelijen itu sudah lewat. Lha apa yang mau disembunyikan. Apa masih ada kedaulatan, wong apa pun semua dalam satu jejaring besar kok, ora muk trima diintelijeni, tapi wis dikendalikan sistemnya.
Lagi pula apa untungnya mengintelejeni orang-orang yang untuk sekedar berpikir mandiri saja tidak mampu. Apa untungnya mengawasi bangsa yang dengan leluhurnya sendiri saja tidak percaya, yang dengan pikirannya sendiri saja tidak yakin bisa memecahkan persoalan, bahkan dengan Islam dan al Quran yang sedemikian dahsyatnya ini cuma dijadikan perdebatan sambil diperdagangkan di event-event keagamaan.
Kalau mau hidup kaffah di luar pengendalian intelijen kayak gitu ya pergi ke pulau paling terpencil yang paling tidak diperhitungkan dalam peta politik dan ekonomi global, lalu lakukan hidup seperti Tarzan atau suku pedalaman yang ori semuanya serba dari alam. Insya Allah intelijen tidak/ belum berminat menjamah.
Tapi kenyataannya kita hidup di realita zaman digital yang sudah mengglobal saat ini, yang dibutuhkan ya kesadaran secara utuh atas berlakunya sistem itu lalu bermain cantik seperti maling biar tidak ketahuan, meskipun ya tidak lolos-lolos amat. Tapi kan paling tidak kerasa sensasinya kalau sadar main petak umpet kayak gitu, ketimbang teriak-teriak diintelijeni baru sekarang, padahal wis kaet jaman baheula diinjen di bawah rumah kaca. Ibarat gadis cantik mandi diinjen sekelompok anak muda nakal, nah begitulah kehidupan kita sejak revolusi teknologi informasi terjadi.
Sayangnya istilah yang berkaitan dengan teknologi informasi, yakni pornografi tidak dikaji mendalam oleh umat Islam. Bicara soal pornografi, wawasan kita masih sangat purba, yakni muk urusan paha dan buah dada. Padahal pornografi seharusnya sudah diperluas maknanya yakni semua perbuatan buka-buka aurat yang mengakibatkan manusia kacau pikirannya karena melihat aurat di mana-mana. Yang punya aurat ga hanya manusia, tapi keluarga, lembaga pemerintah, dan organisasi juga punya auratnya masing-masing.
Dengan Internet yang sudah canggih, sementara penggunanya tidak beradab, maka ia menjelma menjadi pornografi paling terang karena apa yang seharusnya tidak boleh diketahui sembarang orang bisa dijumpai dengan mudah melalui jalan yang bernama internet. Internet tidak salah, tapi kalau digunakan untuk pornografi massal seperti yang saat ini kita nikmati bersama-sama ya harus sadar dengan segala resikonya. Termasuk ikut menanggung akibatnya, meski kita tidak ikut menjadi pemicunya.
Jadi menurut saya, intelijen itu sebenarnya berasal dari pembicaraan mahasiswa yang habis kelaparan mengerjakan laporan praktikum lalu mampir di toko 24 jam sambil order, INDOMIE TELUR 1 JENG. Diriwayatkan oleh mantan mahasiswa yang baru bangun tidur di siang hari.
Juwiring, 18 Juli 2016