Puasa Arafah itu tanggal 9 Dzulhijjah
Idul Adha itu tanggal 10 Dzulhijjah
Hari Tasyriq itu tanggal 11-13 Dzulhijjah
Sudah jelas kan. Jadi tidak ada hubungannya dengan Rabu atau Kamis jika setiap orang mensungguh-sungguhi metode yang sudah dipilihnya. Tidak usah berdebat satu sama lain.
Sebagaimana waktu shalat, kita sebenarnya pakai hisab atau rukyat? Kayake ndak kedua-duanya deh, kita shalat paling yo njagakke panggilan adzan. Muadzin pun juga njagakke jadwal yang dibagikan oleh Depag, PBNU, PP Muhammadiyah atau yang lainnya.
Lha wong kita serba mewakilkan kayak gini kok ya kadang masih udur-uduran. Udure kepriye lho, wong padha-padha mung melu kana melu kene kok rame.
Problem serius dalam hal syiar saat ini itu justru terletak pada masjid-masjid yang tidak memiliki pengurus lokal dan juru dakwah yang memadai
- pengurus takmir yang memahami manajemen masjid seperti zaman Rasulullah
- imam dari penduduk lokal yang kualifikasinya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan Rasulullah, baik sebagai imam shalat maupun imam di masyarakan
- muazin yang kualitas panggilannya bagus dan memiliki kecakapan ilmu tentang waktu shalat dan kondisi sosial masyarakat
- khatib shalat Jumat yang memiliki kecakapan dan pemahaman up to date sehingga tidak bikin tidur jamaah saat khutbah
Itu problem serius. Jangan mentang-mentang jadi mahasiswa kos jadi takmir, terus udah merasa menyelesaikan masalah masjid dengan menjadi apa pun di masjid itu. Ingat, kita cuma tamu, nanti kita akan pergi. Masjid-masjid sekitar kampus yang tidak dapat mengkader generasinya sendiri dan hanya njagakke kontribusi mahasiswa, itu justru menjadi masalah serius bagi umat Islam.
Aku njet eling masjid dusunku sing wis entek cah enome, njuk kudu kepriye. Di tengah kondisi yang pelik kayak gini. Masjid kok yo jik nggo rebutan kuwi masjide NU apa Muhammadiyah. Malah ormas anyaran yo melu-melu rebutan. Rumangsamu Gusti Allah duwe gendera ormas po?
Surakarta, 22 September 2015