Sudahlah, ora usah sok kaget bahwa pemerintahan kita sekarang neoliberal. Wong kuwi wis kedadean kaet jamane Bung Karno didongkel. Elit-elit politik kita tidak sabar untuk segera kaya, sehingga mau pacaran dengan Barat sampai lengket. Pada gilirannya diperkosa dan hilang keperawanannya (baca: terhimpit hutang).
Rakyat desa yang dulu prime-time-nya digunakan untuk ngaji di mushola, kumpul keluarga, dan memproduksi aneka kreativitas kebudayaan sekarang tumpul karena sejak jam 5-22 mau kanak-kanak sampai dewasa disihir oleh televisi. Rakyat desa yang dulu berdikari dengan pertaniannya sekarang digiring meninggalkan sawahnya dan menuju ke kota, sehingga basis pertahanan ekonomi rakyat semakin rapuh.
Sekarang kita semua menjadi penganut ajaran Demokrasi dan HAM dengan kitab suci Gadget al Google wal Fesbuk al Amrikiyah yang maha benar sehingga di segala bidang filsafat kita dikungkungi oleh ajaran itu. TV di depan kita, Industri trans-nasional di sekeliling kita, gadget di tangan kita, tinggal bergerak untuk kaya sendirian atau serombongan sambil menebas leher yang lainnya. Bahkan beragama pun tidak akan puas sebelum menghardik dan menyingkirkan yang lainnya. Itulau dunia neoliberalisme yang katamu maju, modern, dan keren. Keren gundulmu. Hahaha
Juwiring, 28 Juli 2016