Anies Baswedan jadi gubernur DKI diuntungkan oleh aksi 212 (akibat blundernya Ahok yang digoreng Buniyani), dan tentu saja atas restu dan dukungan Mbah Daeng, salah satu Godfather.

Sebagai politikus, dia dan Sandi membuat 23 janji kampanye (saya kutip dari situsĀ detik.com) yang isinya tidak ada yang terkait penanganan banjir Jakarta secara khusus. Secara politik, itu cukup cerdas dan realistis untuk menghindari kecaman soal ingkar janji nantinya.

Bahwa Jakarta kebanjiran lagi, sudah tentu Pemprov DKI punya porsi kesalahannya yang tidak sedikit. Banjir parah adalah indikator bahwa pemerintah masih belum bekerja maksimal. Tapi masyarakat seluruh kawasan yang terikat dalam sistem drainase itu juga ikut bertanggung jawab, khususnya mereka yang suka buang sampah sembarangan ke sungai.

Meskipun dibully habis oleh para netizen, terutama Ahoker, Anies berhasil menjaga citranya dari cap gubernur yang ingkar janji. Mungkin dia sudah menyadari bahwa masalah banjir adalah masalah kompleks, sehingga dia tidak yakin untuk memasukkannya ke dalam daftar janji politiknya. Politikus model Anies Baswedan ini menarik untuk pembelajaran demokrasi elektoral. Bagi yang dulu memilih Anies dengan harapan yang berlebihan, memang kecewa, tapi dia harus realistis dong, Anies ga janji-janji soal di luar 23 hal itu. Termasuk soal banjir yang lagi hot ini.

Coba bandingkan dengan beberapa politikus yang mengumbar janji tapi tidak banyak merealisasikannya. Malah minta tambah periode lagi, dan nyatanya didukung. Sebagai rakyat, kita harus selalu waspada dengan para politikus dan partai politik. Sebab jika dilihat dari apa yang sudah berjalan, politikus dan parpol itu lebih banyak memecah belah rakyat ketimbang menyatukan lho. Nah, maka mulai sekarang cermati para politikus dengan baik. Memang berat kalau jadi rakyat. Paling gampang jadi timses dan tim hore. Tinggal fokus mendukung politikus tertentu atau cukup nderek dawuh kiai/ustadz saja.

Nah, jadi rakyat itu berat. Makanya jadi politikus saja, nek menang pemilu bisa dapat jaminan hidup. Atau jadi timses, biasanya ikut kecipratan lah. Dan kalau junjungannya menang, pasti ikut gembira dan makan-makan.

Surakarta, 28 April 2019

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.