Di zaman kolonialisme, bentuk-bentuk penindasan itu masih bisa dirumuskan dengan jelas dan opini masyarakat belum teracuni oleh berbagai informasi lewat media massa. Di samping itu para ulama benar-benar berperan sebagai ulama, bukan pedagang ayat dan kolektor massa.

Apalagi di zaman kemerdekaan 1945, hanya Indonesialah negara satu-satunya yang para ulamanya maupun Presidennya, terang-terangan menegaskan bahwa uang yang halal adalah yang dijamin nilainya oleh emas. Maka begitu merdeka, dicetaklah ORI (Oeang Repoeblik Indonesia) dengan jaminan emas. Saat itu, dunia sudah beriman dengan uang kertas yang ribawi semua di bawah kendali pemenang Perang Dunia. ORI berakhir total setelah KMB dimana bank sentral diambil alih oleh Javasche Bank yang kini menjadi Bank Indonesia.

Syaikh Imran Hosein memuji Presiden “Ahmad” Soekarno sebagai pemimpin pertama yang mengerti kecurangan sistem moneter global, pasca runtuhnya Kekhilafahan Islam. Dengan keberaniannya, beliau membawa Indonesia keluar dari PBB dan IMF. Dampaknya, ekonomi Indonesia terpuruk karena tidak sepakat dengan kesepakatan global dan dianggap cenderung ke blok timur yang waktu berideologi komunis, sementara komunis adalah wajah lain dari kapitalisme yang diinstitusikan dalam wujud negara. Akhirnya beliau ditumbangkan lewat serangkaian peristiwa yang didalangi CIA.

Penentangan terhadap kecurangan sistem moneter global di lakukan pula oleh Jenderal Charles D Gaulle, sang pemimpin Prancis. Di depan parlemen Prancis beliau mengecam kecurangan sistem moneter global dan menyerukan Bank Nasional Prancis untuk menarik kembali emasnya yang disetorkan ke IMF demi ditukarkan dengan kertas dolar. Hasilnya, beliau dibunuh dengan misterius. Meski demikian pemerintah Prancis melanjutkan penuntutan atas emas itu hingga beberapa persennya bisa ditarik kembali. Sejak itu, AS yang dimandati sebagai bendahara emasnya anggota-anggota IMF, akhirnya merobek isi perjanjian dan tidak mau mengembalikan emas-emas yang telah disetorkan negara anggota IMF. Tahukah kemana emasnya? Ke kas pemilik bank dunia dong. Siapa? Yang jelas bukan negara mana pun, bahkan AS sekalipun, tapi si dia, eh mereka.

Dan pemimpin terakhir yang berani mempertanyakan kecurangan sistem moneter global itu adalah Dr. Mahathir Muhammad. Sehingga beliau membuat banyak kebijakan penting yang menyelamatkan perekonomian Malaysia ketika Asia Tenggara diguncang krisis ekonomi global.

Hari ini, kondisi dunia semakin memburuk dengan penindasan yang sudah sangat halus. Saking halusnya, orang-orang yang mengingatkan adanya ketertindasan global akan disangka sebagai orang gila. Sampai akhirnya, kita akan mengerti maksud dari hadits, “sebentar lagi akan tiba suatu zaman di mana Islam tinggal nama, al Quran tinggal teksnya, masjid tinggal bangunan megahnya, dan ulama adalah seburuk-buruk manusia pada zaman itu, yang menebarkan fitnah dan kerusakan di tengah umat.”

Selamat datang di zaman materialisme, zaman riba, zaman Firaun, zaman riya di mana ukuran fisik dan citra menjadi mainstream. Zaman di mana iman dijual, martabat dirobek-robek, dan harta benda dipertuhankan. Zaman di mana rasa malu tidak penting dan harga diri dibuang.

Ngawen, 22 Januari 2017

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.